"You're just too succumbing to your fear."
⟩⟩ H . O . M . E ⟨⟨
.
.
.Rasanya sudah seperti sidang pelanggaran. Irene tampak semakin tenggelam di sudut sofa panjang akibat tatapan menyudutkan dari tiga sosok yang baru datang beberapa menit silam.
Sang pelaku, Wheein, malah justru terduduk di sofa solo selagi memindah-mindahkan channel televisi yang sinarnya memantul di kulit mereka semua; sama sekali tidak peduli dengan nasib Irene selanjutnya dibawah tekanan para pendatang.
Inilah alasan mengapa Irene mempertahankan mulutnya untuk tetap terkatup rapat selama ini. Sebab Ia tahu bahwa Ia akan dipaksa untuk menjabarkan segala keadaan yang mana seharusnya tak perlu diingat lagi.
Irene sendiri sesungguhnya merasa bersalah pada Wheein. Gadis muda tersebut sudah menetap selama kurang lebih satu minggu di tempat ini serta membantunya dengan segala pekerjaan rumah. Namun dia sama sekali belum mendapatkan titik terang yang seharusnya sudah diberikan padanya semenjak datang.
Barangkali hal tersebut pula yang mendasari Wheein dalam mengambil keputusannya. Karena Ia sepenuhnya sadar, Irene tak akan pernah bicara bila itu hanya dirinya. Perlu lebih dari sekedar rajukan atau kekesalan dari Wheein sendiri untuk membuka mulut Irene.
Jadilah yang lebih muda memilih untuk memanggil figur yang menurutnya sudah dipastikan dapat mendorong Irene untuk mulai memberi mereka pencerahan akan kondisinya.
Atau mungkin Irene memang benar-benar terluka dengan kejadiannya sehingga tidak mau untuk sekedar me-reka ulang tiap detailnya lewat penuturan. Raut datar yang tak bosan dilontarkan bagi Wheein sungguh telah mempertontonkan kegeramannya.
Mereka berdua sudah membentuk sebuah perjanjian khusus tepat ketika Wheein menginjakkan kakinya lebih jauh ke bangunan yang tak berubah itu. Salah satunya adalah untuk tetap menjaga informasi baru mengenai situasi Irene untuk mereka berdua saja. Tidak boleh ada yang tau.
Toh nanti aku juga bakal sembuh, begitulah ucap Irene kala itu.
Fakta bahwa Wheein menyelinap dibelakangnya lantas melanggar seuatu yang mereka sepakati bersama, agaknya lebih membuat Irene lelah daripada marah.
"Fine! Aku jatoh waktu tugas, tulang patah, pemulihan 6-12 bulan, trauma, and I quit." Sungguh singkat namun dapat dibilang lumayan mencakup segala inti yang diperlukan.
Irene seketika memutar kepalanya ke sisi. Menatap pemandangan dibalik dinding kaca, rintik ringan yang turun dari langit, perlahan membasahi rumput hijau halaman belakang rumah.
Sentakan leher dari Wheein sempat dilihatnya. Sepertinya sama sekali tak mengira bahwa yang akan menjadi penutup penjelasan Irene merupakan suatu kata yang tak pernah diduga datangnya. Atau mungkin Wheein merasa dicurangi sebab Ia harus menunggu satu minggu dan juga menunggu bantuan dari ketiga persona familiar untuk mengetahui kebenarannya.
Entahlah.
Hampir semua orang terdekat Irene tau bahwa meski tubuhnya begitu mungil, menjadi seorang petugas damkar merupakan salah satu dari banyak mimpinya.
Membantu orang tua yang tinggal sendirian, menyelamatkan anak-anak yang terjebak api nan mereka buat sendiri, dan segala kegiatan yang bertujuan untuk menolong makhluk lain selain diri sendiri.
Putusan yang Irene ambil terdengar tak masuk akal di telinga ke-empat manusia disekitarnya. Sungguh-sungguh terkejut akan aksi menyerahnya.
Segalanya berubah hening usai perincian kilat Irene. Sedikit–banyak meletakkan kebimbangan akan bagaimana mereka harus menanggapinya. Terlalu khawatir bila kalimat mereka justru meletakkan dampak negatif bagi si penderita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home ✔
FanficKisah hidup sederhana maupun rumit dari 9 perempuan yang akhirnya memilih untuk tinggal di satu atap yang sama meski awalnya hanya mengenal lewat dunia virtual. Di masa pandemi yang masih terasa menegangkan, tanpa sadar mereka telah membangun keluar...