#34. Confide

126 19 2
                                        

Aku selalu bikin suasananya serius, dramatis, alay, and boring banget ya kalo udah tentang Irene hahaha...
Btw motivasiku nulis itu didukung sama satu sosok penting + ''it's love" nya D.O. Sambil dengerin ya...

.

"'Me' is the one who I hate the most."

≈ H . O . M . E ≈

.
.
.

Tak dapat dipungkiri, keadaan sedikit berbeda usai kejadian merisaukan dimana Irene sempat memiliki pikiran untuk tak kembali.

Kenyataannya, dengan kehadiran Irene di tengah-tengah mereka kini pun, terdapat beberapa kontras yang begitu terasa baginya. Seperti misalnya kehati-hatian para penghuni rumah diwaktu mereka ingin bertindak atau berbicara.

Ketidaknyamanan adalah situasi yang selalu mengekori Irene kemanapun Ia pergi. Bersama segala aura gelap yang terpancar jelas dari garis personanya, dapat dikatakan bila kekacauan merupakan nama tengahnya.

Perenungan nan selalu dilakukannya tiap hari dan bahkan tiap detik pun sama sekali tak membantah pernyataan tersebut. Tatapan kosong yang terarah jauh ke satu titik semu di dinding depan, sementara sebuah video terputar tanpa henti di ponsel dalam genggaman, menjadi bukti paling gamblang bila Ia tengah lagi-lagi membiarkan dirinya tenggelam dalam tiap-tiap pemikiran di kepala.

Disisi dinding yang lain, Yuri —secara tak lazim— tengah menuangkan air putih ke sebuah gelas ramping tinggi di counter dapur.

Mungkin memang tampak biasa saja. Namun orang-orang di rumah itu tahu bahwa Yuri merupakan satu sosok yang paling kerap tidur awal. Jadi akan sedikit aneh bila mereka menyaksikan Yuri masih —bermata segar— berdiri di area dapur ketika waktu hampir menunjukkan pergantian hari.

Atau barangkali semesta memang telah menentukan agenda bagi Yuri sehingga Irene tak perlu merenung seorang diri.

Sebab ketika suara samar dari ponsel Irene mulai menemukan jalannya ke telinga Yuri, yang lebih tua lantas mengambil langkah menuju sumbernya.

Satu hal yang juga memberi kemudahan bagi Yuri ialah kebiasaan Irene untuk menyisakan celah pada pintunya; jadilah Yuri tak perlu mengeluarkan banyak usaha untuk dapat mengamati Irene yang masih tak menyadari kehadiran Yuri.

Sampai di detik tiga ketukan, Yuri hasilkan di permukaan pintu kayu Irene, barulah saat itu si mungil menoleh sembari mengenakan topeng dengan senyum kecil penuh dusta nan kerap Ia kenakan.

"Kak Yul? Masih bangun?"

Yuri jelas dapat menilai bahwa Irene perlahan mempersiapkan tameng lewat gesturnya menegakkan tubuh serta menghindari kontak mata; berusaha melindungi isi hatinya.

"Kamu kenapa, Rene?"

"Hah? Gapapa tuh.."

Lirikan Yuri seketika terarah pada video yang masih setia bergerak di layar ponsel Irene nan ditelantarkan diatas selimut, begitu Yuri mendudukkan tubuh di pinggiran kasur Irene, sebelum balik menyorotkan pandangan ke wajah Irene yang menunduk; sibuk sendiri merapikan selimut yang menutupi setengah badan.

"Mikirin mba Tiff ya?"

Tak banyak orang yang tau bahwa kontak fisik nan disertai aura pengertian merupakan satu bahasa yang ada di kamus Irene untuk membuat perempuan mungil itu runtuh begitu saja.

Itu alasan paling masuk akal yang menjelaskan mengapa Ia langsung menghentikan segala pengalihan ketika Yuri menyentuh pergelangannya begitu lembut; membuat Irene dirobohkan dalam hitungan sepersekian detik.

Hembusan nafas panjang nan berat yang lolos dari hidungnya menjadi satu isyarat khusus yang diberikan untuk Yuri; seolah mengatakan bahwa Ia tidak akan bisa berhenti begitu Ia memulai.

"Bukan cuma kak Tiff."

"Rene..."

Telapak yang awalnya hanya Yuri letakkan di tangan Irene, perlahan berangsur menjadi usapan ringan di lengan atasnya sambil berharap apapun yang tengah Irene pikirkan, semakin berkurang kemudian hilang, sehingga sosok yang sudah Ia anggap adik sendiri itu, tak perlu lagi kesulitan tidur dikarenakan seluruh isi kepalanya sendiri.

"Aku udah bilang, Kak; 8 lebih baik. Sekarang aku balik, semuanya jadi kayak terkekang; nggak bisa bebas cerita ato komentar kayak dulu. Aku pengacau emang."

Dari segala hal rumit tentang Irene, salah satu fakta yang Yuri tahu ialah bahwa kasur merupakan area sakralnya yang mana tak akan Irene biarkan sembarang orang untuk duduk atau bahkan berbaring diatasnya.

Namun entah apa yang merasuki Yuri saat itu, Ia —dengan tanpa pikir panjang— langsung melompat untuk dapat menempatkan diri lebih dekat dengan Irene, lantas menarik kepala kecilnya untuk disandarkan di bahu kanan Yuri.

"Jangan berani-berani ya! Kita susah-susah bujuk kamu buat balik. So, don't you dare!"

Satu praduga yang tak pernah sekalipun terlintas di otak Yuri adalah bila Irene akan benar-benar terisak di dalam dekapannya. Disusul dua tangan yang semakin merayap ke punggung Yuri untuk meremas baju hangatnya, Yuri dapat mendeteksi guncangan yang semakin intens dari bahu Irene.

Ingatan ke belakang bila Irene merupakan figur rapuh namun tetap tak ingin menunjukkannya ke orang-orang, menyentak kesadaran Yuri; membuat yang lebih tua sedikit terkejut dengan hal yang datang tiba-tiba, namun juga sedikit demi sedikit paham bila mungkin beban pikiran Irene mulai semakin menjatuhkan mentalnya.

"Ssh... Besok-besok kalo ada sesuatu diomongin ya. Jangan disimpen sendiri terus tiba-tiba ngilang. Mereka itu nggak marah. Mereka cuma takut kamu pergi lagi, makanya mereka hati-hati banget. Udah ya, Rene. Kamu nggak capek kayak gini terus? Hmm?"

Sadar bahwa Ia hanya akan mempermalukan diri bila menjawab dengan suara bergetarnya, Irene lantas sekedar menyembunyikan wajahnya semakin dalam; tak menggeleng namun juga tak mengangguk; mengerti betul bahwa menghilangkan pikiran negatif merupakan satu hal yang sulit untuk Ia selesaikan.

"K–kira-kira semuanya bisa balik kayak dulu nggak ya, Kak?"

Disusul satu pertanyaan yang diloloskan dari sanubari usai berhasil mengurangi kekalutan isakannya, Irene kemudian membuka mata di bahu Yuri; menampakkan tatapan putus asa yang telah Ia sembunyikan beberapa hari terakhir.

Nyatanya, meskipun balasan Yuri tidak tampak meyakinkan namun tak juga meragukan, Irene merasa cukup dilegakan olehnya.

"Bisa! Kita cuma perlu sama-sama perbaikin aja."

.
.
.

≈ H . O . M . E ≈

Pengen tinggal bareng beneran :")

Regards
- C

Home ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang