Begitu selese baca full chapter ini, please listen to the song and close your eyes. Inget-inget lagi momen-momen yang bikin kalian senyum and make you guys feel calm. Then, finally, smile with me :))
.
"Kinda different but it's fine."
≈ H . O . M . E ≈
.
.
.Helaan nafas panjang yang terkesan berat, lolos bebas dari bibir Irene di detik sepasang mata gelap mengkilatnya disuguhi vista akan satu website familiar yang disediakan pangkalan kerjanya untuk memantau kinerja para petugas.
Antisipasi yang sedari tadi memenuhi dada atas ekspektasi bila Ia akan mendapatkan nilai tertinggi, seketika hilang dan digantikan keterkejutan nan diselimuti rasa kecewa begitu menyadari bahwa nama Chanyeol berada tepat diatasnya; di sebelah nomor 1.
Ini tidak seperti Irene membenci Chanyeol karena kesuksesan yang didapatnya, hanya saja Irene selalu tak bisa mengendalikan rasa iri dalam hatinya jika mengetahui orang lain mendapatkan apa yang menjadi targetnya.
Dilain sisi, Irene pun agaknya mulai berpikir seolah Ia baru saja dikhianati. Chanyeol, lelaki yang selalu mengatakan 'aku sih bodoamat sama nilai yang penting tugas selesai', nyatanya justru mengalahkan Irene yang notabene terus mengejar kesempurnaan dalam setiap pekerjaannya.
Irene merasa seperti ditipu.
Seperti 'kamu selalu bodoamat sama hasil kenapa bisa dapet posisi itu'.
Tarikan serta hembusan nafas panjangnya pun tak banyak membantu sebab matanya tetap setia menatap layar terang di hadapan.
Barulah setelah beberapa menit menelaah dirinya sendiri, melihat kembali bagian mana yang salah sehingga Ia bisa berdiri di posisi kedua, Irene mulai beralih pada headphone hitam yang tergeletak tak jauh dari laptop warna gelapnya.
Dengan gerakan perlahan Ia meraih benda tersebut kemudian menulikan telinganya dengan headphone tersebut sebelum dihubungkan pada ponselnya.
Irene ingat sekali akan suara Jamie Park, sang musisi perempuan yang akhir-akhir ini begitu mencuri perhatian Irene. Maka dari itu Ia mengetikkan 'Apollo 11' di salah satu platform musik nan tersedia di perangkatnya lantas meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, disusul menutup rapat matanya; membiarkan melodi dari lagu yang selalu Ia putar dalam loop selama beberapa hari terakhir, meresap ke setiap bagian tubuh dan pikirannya.
Musik yang memang cukup layak untuk diputar dalam suasana emosional ditemani suara rintik hujan di luar ruangan, faktanya berhasil mengalihkan seluruh amarah serta kekecewaan nan tadinya membakar dada Irene.
Hal tersebut sudah Irene perkirakan.
Namun yang tak pernah Irene duga ialah memori-memori tentang kebersamaan dengan kedelapan perempuan di rumah yang sama selama beberapa bulan terakhir, tahu-tahu terputar satu demi satu di dasar syaraf otaknya.
Mulai dari momen dimana Ia kerap diam ketika masuk dalam group chat di awal dulu, lantas saat-saat dimana Ia perlahan mencoba bergabung dalam pembicaraan dan menjadi dekat, perkenalannya dengan Tiffany yang sedikit lebih terlambat dibanding penghuni lain di grup, hingga kekonyolan yang sudah Ia lakukan di rumah ini.
Dan disaat Irene menikmati tiap-tiap suasana serta angin yang berhasil menembus ventilasi sampai menemukan jalannya ke kulit Irene, di waktu yang sama Yuri menuruni tangga hanya untuk menemukan bahwa Irene terdiam dengan posisi bagai patung Buddha.
Jelas ada sedikit perenungan akan pertimbangan untuk menhampiri Irene atau tidak, mengingat selama seminggu terakhir mood Irene selalu berada dalam kondisi terburuknya dan mengajak perempuan itu bicara disaat emosinya tidak stabil merupakan keputusan paling mengerikan yang semua penghuni rumah tak berani untuk ambil.
Namun bersama nyali nan Yuri coba kumpulkan di setiap langkah yang dilancarkan, Yuri justru menemukan Irene tengah memejam sebelum menemukan sudut bibir Irene terangkat pelan membentuk senyum kecil.
Beralih pada layar laptop yang tampak tak memiliki minat untuk menggelapkan diri, Yuri menyadari bila tulisan besar di tengah yang mempertontonkan angka 79/80 merupakan bentuk tulisan yang pernah Yuri tahu.
Pernah sekali waktu Irene menunjukkan padanya bagaimana tampilan website yang dibuat pangkalannya dan yang kini Yuri lihat jelas sama persis dengan yang Irene tunjukkan hari itu.
Ah, jadi gegara ini, batin Yuri mulai menyimpulkan alasan dibalik aksi Irene saat ini.
Seolah ingin melindungi lagi seseorang nan sudah Ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri, Yuri menjulurkan tangannya lantas menutup laptop tersebut dengan amat pelan supaya Irene tak menyadari keberadaannya.
Lantas sebelum benar-benar meninggalkan si mungil, Yuri sempat meluangkan beberapa detiknya hanya untuk memperhatikan wajah tenang Irene bersama pikiran anak itu yang entah apa isinya.
Dan ditutup dengan gerakan mulut tanpa suara, membentuk sebuah kalimat, Yuri mengangkat kakinya menjauh dari perenungan Irene.
It's okay. You've done your best.
.
.
.≈ H . O . M . E ≈
Bukan stylenya Yuri banget tapi who knows kan dia bisa kek gtu xixixi
And.... maksudku bikin ini tu sekedar ngajak kalian ngehype Jamie karena aku gada temen ngehype dan biar kalian bisa dapetin 'Calmness' yang aku dapet habis dengerin lagunya so... Seriously guys, DENGERIN LAGUNYA terus close your eyes. It's so fun and relaxing :))
Regards
- E
KAMU SEDANG MEMBACA
Home ✔
FanfictionKisah hidup sederhana maupun rumit dari 9 perempuan yang akhirnya memilih untuk tinggal di satu atap yang sama meski awalnya hanya mengenal lewat dunia virtual. Di masa pandemi yang masih terasa menegangkan, tanpa sadar mereka telah membangun keluar...