"Because when you have a favorite person, you don't want to share."
≈ H . O . M . E ≈
.
.
.Liburan menyapa, hampir seluruh penghuni rumah bercat putih cukup besar di salah satu komplek perumahan, mulai tampak bersantai-santai mengingat segala tugas dan pekerjaan telah menuju ke titik akhir dalam semester depan, tahun ini.
Meskipun Jessica dan Tiffany masih terlihat bolak-balik kantor sebab pekerjaan mereka memang dijuluki sebagai kerja rodi, namun di malam hari mereka meluangkan waktu untuk sekedar mengobrol ringan satu sama lain.
Mungkin alasan itu pula yang menjadikan Rosé sedikit lebih aktif dibandingkan sebelumnya; sebab tumpukan kegiatan sekolahnya hampir mendekati perhentian.
Tidak hanya Rosé, Wheein yang sebelumnya juga tidak terlalu banyak bergabung dalam perbincangan ringan di petang hari, kini kerap menyamankan diri di sofa panjang ruang tengah sembari mengunyah camilan dalam toples merah yang tersedia di atas meja kaca.
Progres Tiffany dan Joy pun dapat dikatan cukup cepat dilihat dari bagaimana mereka menentukan status setelah sekitar 6 hari saling mengobrol dan mendekatkan diri.
Nggak mau buang-buang waktu ternyata, begitulah tanggapan Irene ketika Tiffany secara semangat menceritakan tentang dirinya dan Joy yang telah resmi menyandang jabatan sebagai sepasang kekasih.
Lantas Yuri juga masih menjadi dirinya sendiri yang terkadang bergabung, namun juga acap kali menyingkir karena memilih untuk berbincang dengan seseorang yang sedang dekat dengannya lewat telefon.
Moonbyul pun menyempatkan waktunya untuk ikut berbagi cerita di sore hari meskipun terkadang Ia hanya menganggap sebuah cerita, bukannya menjadi satu pihak yang memulainya. Dan Wendy sendiri masih sibuk berkutat dengan buku tebal berisi soal-soal yang membantunya belajar supaya dapat lolos masuk ke sebuah universitas demi mengejar gelar S2nya di tempat yang berkualitas -yang menurutnya berkualitas.
Irene tentu saja senang dengan keadaan ini karena memang Ia merupakan satu pihak yang mengajak mereka tinggal bersama untuk merekatkan hubungan satu sama lain. Melihat mereka semua mengobrol dan sesekali tertawa ketika mendapati Tiffany diolok tanpa ampun, membuat Irene merasakan kehangatan tersendiri di sanubarinya.
Namun siapa juga yang tak ingin didengarkan?
Irene sendiri pernah mengatakan bahwa dirinya agaknya sedikit berubah menjadi attention-seeker. Mungkin murni karena Ia ingin diperhatikan atau barangkali Ia terlalu lelah untuk berdiri di posisi dimana Ia menjadi seseorang yang harus mendengarkan. Ia percaya, sekuat-kuatnya orang untuk mendahulukan orang lain daripada diri sendiri, pasti akan ada saru titik dimana orang itu merasa lelah dan butuh untuk balik didengar.
Irene merasa dirinya sedang dalam titik itu.
Namun situasi di sekitarnya seolah tak mendukungnya untuk mengeluarkan pikirannya.
Tidak. Ia bahkan sempat mencoba mengeluarkan sebuah isu yang mengusik kepalanya; secara tak langsung ingin mencari tahu apa pendapat ke-8 perempuan di depannya tentang permasalahan itu.
Irene akui, subjek pembahasan yang Ia angkat tidak pernah menyenangkan dan bahkan terkesan membosankan sebab tensi nya terlalu tinggi sehingga mengubah atmosfer menjadi sedikit lebih serius; tampak tak cocok dengan personalitas masing-masing dari mereka yang selalu cerah dan humoris.
Tapi Ia hanya sungguh... ingin didengar dan ditanggapi.
Tapi bahkan belum ada 2 menit berlalu, salah satu diantara mereka yang masuk dalam kategori muda, lagi-lagi membelokkan poinnya sehingga mereka kembali ke jalur main-main dan penuh canda.
"Aku mau pergi sama Chanyeol, temenku. Duluan ya."
Lantas mungkin Irene hanya terlalu muak sebab apa yang Ia inginkan tak terpenuhi, jadilah Ia lebih memilih melarikan diri daripada terus-menerus menyiksa hati lewat perbincangan-perbincangan yang belum bisa merasuk ke telinganya.
Ia kesal.
Ia marah.
Meski begitu, Ia akan selalu berakhir menyalahkan dirinya sendiri.
• × •
"Mau ke-"
"Kemana aja deh, terserah. Aku cuma butuh pengalihan aja.", Irene tahu, memotong kalimat Chanyeol sama sekali tak mmebantu; malahan mungkin akan membuat rasa bersalahnya bertambah satu di akhir nanti. Namun Ia tak bisa lebih tidak peduli. Tidak saat panas hati mulai merambat, mengambil alih kontrol diri.
Chanyeol. Lelaki jangkung tersebut adalah sahabat dekat Irene yang bahkan Irene sendiri lupa bagaimana pertemuan pertama mereka. Namun Chanyeol merupakan versi lelaki dari Tiffany; orang favorit keduanya yang selalu paham akan apa yang sedang terjadi dengan Irene tanpa perlu bertanya.
Terbukti dari perjalanan tanpa tujuan dengan menggunakan motor matik merah nan biasa lelaki itu gunakan, yang hanya dihiasi keheningan; seolah telah mengerti bahwa yang Irene inginkan ialah sekedar menjauh tanpa adanya pertanyaan mendesak; membiarkan Irene lelah dengan pertahanannya lalu menceritakannya sendiri tanpa harus disudutkan.
"Emangnya salah kalo aku pengen didengerin?"
Sementara Irene mulai meremas jaket bagian pinggang Chanyeol, Ia hanya tak menyadari bahwa Chanyeol sebenarnya tersenyum simpul melihat bila caranya untuk mengundang Irene supaya memulai lebih dulu, telah berhasil.
"Ya tergantung sih... Kalo kamu nggak dengerin mereka tapi kamu menuntut untuk didengerin, ya itu salah. Kenapa emangnya?"
Chanyeol memang selalu seperti itu. Ia senang menyampaikan hal-hal sesuai dengan perspektifnya sendiri, tak peduli apakah perkataannya akan terkesan mendukung atau justru menampar orang lain. Chanyeol senang menjadi jujur. Dan Irene sesungguhnya tak bisa lebih bersyukur atas kehadiran Chanyeol di kesehariannya.
Hanya saja, kali ini, tanggapan tersebut malah menjadikan Irene ragu-ragu untuk berbagi; berpikir bahwa mungkin Chanyeol benar. Mungkin Ia terlalu egois dan kekanakan hanya karena Ia tak diperhatikan dalam pembicaraan satu waktu.
"Nothing. Mungkin emang aku yang childish kali. Gitu doang dikeluhin."
"Loh, kodratnya manusia itu ngeluh. Orang ngeluh nggak selalu berarti dia nggak bersyukur. Kadang kita emang perlu ngeluh biar semuanya jadi sedikit lebih mudah. Kalo kamu mau nggak ngeluh sama sekali, jadi Tuhan aja. Malaikat aja pasti pernah ngeluh kok."
Lantas sebuah kalimat yang lolos dari bibir Irene selanjutkan sebagai tanggapan atas ujaran penenang Chanyeol, bahkan tak pernah Irene duga sebelumnya akan keluar dari mulutnya sendiri.
"Thanks. But I think I've lost my favorite person."
.
.
.≈ H . O . M . E ≈
Regards
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Home ✔
Fiksi PenggemarKisah hidup sederhana maupun rumit dari 9 perempuan yang akhirnya memilih untuk tinggal di satu atap yang sama meski awalnya hanya mengenal lewat dunia virtual. Di masa pandemi yang masih terasa menegangkan, tanpa sadar mereka telah membangun keluar...