❤️ H E A R T ❤️
Begitu sampai di terminal bus Abigal langsung bergegas turun dari mobilnya sebelum berlari masuk. Kepalanya menoleh kesana-kemari untuk mencari-cari keberadaan Athena. Lantas ditengah kerumunan orang, sepasang tangan melambai-lambai padanya yang membuatnya kemudian tanpa menunggu lagi berlari ke arah yang dituju sebelum mendekap Athena ke dalam pelukannya. Menciptakan hening sepersekian detik kemudian digantikan tatapan khawatir Abigail yang membuat Athena menelan saliva nya bingung.
"Kau baik-baik saja? Kau tidak terluka? Apa ada yang sakit?"
"Ha-hah?"
"Dimana? Kau terluka dibagian mana? Haruskah kita pergi ke rumah sa-"
"Ah tidak!" Cegah Athena cepat, membuat Abigail berganti menatapnya teduh.
"Maksudku, aku baik-baik saja Abigail. Lihat, tidak ada yang kurang dariku."
Wanita itu sempat-sempatnya memutar tubuhnya agar Abigail yakin sampai kemudian tanpa sengaja hampir oleng namun dengan cepat Abigail meraih kedua bahunya lembut.
"Kau yakin baik-baik saja?"
Melihat Abigail yang kembali menatapnya khawatir, Athena tersenyum kaku.
"Emm, sepertinya tidak. Aku pusing karena belum sarapan. He."
Dan hening kembali ke tengah-tengah mereka sebelum kekehan Abigail membuat Athena tersenyum tenang.
Apalagi setelahnya pria itu mengusap puncak kepala Athena lembut sebelum meraih sebelah tangannya untuk digenggam.
Dan bukannya merasa aneh atau risih mengingat mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya, entah mengapa Athena merasa begitu nyaman sampai langkah kakinya menurut mengikuti jejak Abigail."Baiklah, kau mau sarapan apa? Ada banyak tempat makan enak di daerah ini."
"Emm, bagaimana kalau kita sarapan di mansion saja? Ku dengar dari Lev, katanya kau jago memasak."
"Haha. Tidak juga, aku hanya pandai memasak masakan rumahan. Kalau kau tidak keberatan aku akan memasak untukmu."
"Tentu saja tidak! Lagipula aku sangat menyukai masakan rumahan. Jadi benar kau akan memasak untuk ku?"
Wajah antusias Athena diikuti senyum cerahnya membuat Abigail terkekeh sekali lagi sebelum mengangguk dan melupakan sesuatu.
---
Berdiri seorang diri di private airport milik Lev, Michelle menatap lurus ke arah pagar kawat pembatas sebelum dari dalam rumput tinggi yang bersebelahan langsung dengan hutan muncul seseorang berpakaian hijau yang dilengkapi dengan dedaunan palsu untuk menyamarkan diri agar tidak mencolok. Lantas berdecak kesal seseorang itu keluar dari celah pagar yang sebelumnya sudah dirusak untuk kemudian berjalan gontai ke arah Michelle sebelum wanita itu lebih dulu memundurkan langkahnya seperti enggan berdekatan.
"Bicara saja dari sana."
Ucap Michelle angkuh tanpa berniat melepaskan kacamata hitam yang tengah dikenakannya.
Sedangkan Anna Calanta hanya bisa berdecak kesal sambil dengan cepat melepaskan dedaunan itu dari tubuhnya.
"Apa ini cara terbaik yang bisa kau berikan untukku? Sebagai anak tiri bukankah kau sedikit keterlaluan?"
"Aku bukan anak tiri mu. Kau dan aku tidak ada ikatan apapun."
"Ya, tapi Ayah mu adalah juga Ayah dari anak ku. Kau tidak bisa menyangkal hal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART ✔ SELESAI
Romansa⚠️🔞 Victor Elyxion Leverich Blue Jarleo. Lev. Putra pertama Tan dan Bila, yang tumbuh menjadi seorang pria tampan dengan tubuh sempurna, pemilik darah campuran Rusia-Amerika-Indonesia yang tentunya kaya raya. Dia mewarisi perusahaan sang kakek dari...