Part 54

216 18 6
                                    

Ya sesuai dugaan Devano dan Laura di masukkan ke dalam lemari yang untungnya tidak dikunci dari luar.

"Laura, please don't cry"Ujar Devano berusaha menenangkan adeknya.

Laura masih sesegukan karena terlalu banyak menangis. Tapi dia sudah sedikit tenang.

"Okey, good girl relax. Aku buka lemari ini pelan-pelan ya"Ujar Devano berbisik berusaha membuka lemari nya dan untungnya tidak ada siapa-siapa di kamar itu.

"See?, it's okay don't be afraid. Ayo keluar pelan-pelan"Devano menuntun Laura keluar meskipun tangannya masih diikat.

"Kamu lihat penggaris besi itu?"Tanya Devano dijawab anggukan dari Laura.

"Okey, sekarang ambil. Kamu inget cara yang diajarin mommy kan?"Tanya Devano lagi dan lagi Laura mengangguk.

"Okey, aku disini jaga pintu kamu lepas tali kamu dulu"

Laura menuruti perintah kakaknya dan tidak butuh lama tali itu terlepas dan dia membantu kakaknya melepas ikatan tangan kakaknya.

"WELL WELL WELL YANG DITUNGGU DATANG JUGA"Teriak Sherly dari luar kamar yang terdengar sangat jelas.

"MANA ANAK-ANAKKU?! APA MAU KALIAN?!"Jawab seseorang yang suaranya sangat tidak asing di telinga si kembar.

"Laura"Panggil Devano menyadarkan Laura, "Laura disini, kakak turun nyamperin Mommy"

"Ngga, aku ikut"

"Laura no, kakak ngga mau hal yang sama terulang kembali"

"Laura ngga mau pisah sama kakak"

"Kalau Laura ikut kakak, nanti Laura dalam bahaya. Laura tunggu disini, masuk didalam lemari, nanti kakak balik kesini"

Laura seperti mau menangis lagi, "Trust me, Laura?"Devano memberikan kelingkingnya.

"Kakak ngga akan tinggalin kamu, kakak mau cek situasi di bawah okey. Nanti kakak balik"

Laura mengaitkan kelingking nya dengan kelingking kakaknya. "Pinter, masuk lemari ya biar lebih aman" Laura mengangguk sebagai jawaban.

Setelah melihat Laura masuk ke dalam lemari dan situasi sepertinya aman, Devano keluar dari kamar dan perlahan mengintip ke lantai 1. Disana ada Keyra alias Mommy nya, Sherly, dan 2 laki-laki salah satunya supir yang menjemput mereka saat di sekolah.

Karena tidak memperhatikan sekitar Devano menyenggol vas bunga sehingga vas itu jatuh dan menimbulkan suara pecahan.

"Oh itu anakmu berhasil lolos pintar juga"Ujar Sherly memberi isyarat 2 laki-laki itu agar membawa Devano untung turun ke lantai 1.

"Aku tidak ada waktu untuk bernegosiasi dengan makhluk sepertimu, lepaskan dia akan aku berikan yang kalian mau!!"Ujar Keyra menahan amarahnya memuncak

"Suamimu sekalipun kamu mau?"Tanya Sherly sambil tertawa sinis.

"Mommy, don't do it"Ujar Devano mencegah Keyra lebih jauh lagi. Keyra bisa berbahaya di situasi tertentu seperti situasi saat ini.

Sherly menyekik Devano sehingga membuat Devano kesusahan bernafas. "JAUHKAN TANGAN KOTORMU DARI ANAKKU!"

"ANAK HARAM NGGA PENTING KAN? DIA MATI JUGA NGGA ADA YANG BERDUKA CITA"

Akhirnya Sherly melepaskan tangannya dari leher Devano tapi beralih menodong pisau ke arah leher Devano.

"Setetes darah dibalas setetes darah, sampai kau melakukan itu jangan harap kau masih hidup besok"Ancam Keyra

2 laki-laki itu membisikkan sesuatu ke  Sherly, "Apa kau yakin?Sepertinya dia tidak main-main"

"Dia hanya akting"

"Tidak ada negosiasi"Ujar Keyra sebelum

Dor!

Keyra mengeluarkan pistol dan menembakkan tepat melewati Sherly dan membuatnya takut.

"Peringatan pertama"Ujarnya sambil menodongkan pistol tepat ke arah 2 laki-laki itu.

"5 detik kau tidak menyerahkan anakku, mereka tinggal nama"

Badan Sherly gemetar dia beneran takut, tangannya perlahan menurun ke arah lengan Devano dan mencengkramnya dengan kuat.

"SHERLY!!!"Teriak seseorang dengan suara keras dan Keyra mengenal suara ini.

"LEPASIN ANAKKU!!"

"ANAKMU?! ANAK YANG ADA DI PERUTKU TIDAK KAU ANGGAP DAN ANAK DARI LAKI-LAKI LAIN KAU BILANG ANAKMU?!"

Sherly menjadi emosional sepertinya dia ada penyakit bipolar?

Sedangkan Devano sudah ancang-ancang melawan dari tadi.

DUG

Devano berhasil menyikut Sherly tapi dengan sengaja Sherly menyayat lengan Devano membuat Devano shock karena tembakan terakhir.

Dor!

Peluru itu mengenai tepat di telapak tangan Sherly sehingga mengeluarkan banyak darah.

"Devano!!!DEV BANGUN SAYANG?!! SAYANG!!"Devano berdarah cukup banyak di lengannya karena sayatan Sherly cukup dalam.

Sedangkan bodyguard Davion sudah mengamankan 2 laki-laki suruhan Sherly beserta Sherlynya.

"DARAH DIBALAS DARAH TANGAN DIBALAS TANGAN, KALAU SAMPAI ADA APA-APA DENGAN ANAKKU JANGAN HARAP KAU BISA HIDUP DENGAN TENANG BESOK!DAN JANGAN HARAP KAU BISA HIDUP DENGAN KEDUA TANGAN MU"Ujar Keyra menghampiri Sherly yang tengah kesakitan memegang telapak tangannya yang berdarah.

"KEYRA!!"Davion berusaha menghentikan Keyra yang sudah bersulut emosi tangannya sangat gatal ingin memukul dan menginjak-injak Sherly sekarang.

Keyra hanya menatapnya sinis dan menggendong Devano dibantu dengan bodyguard yang dibawa Davion.

Sedangkan Davion pergi mencari Laura.

"LAURA!!!"

"LAURA SAYANG?!!!"

Terdengar suara tangisan dari dalam kamar di lantai 2 rumah besar itu.
Perlahan Davion membuka pintu kamar itu dan suaranya berasal dari lemari, ya Davion melihat Laura sedang menangis.

"Dad--dy hikss"Davion langsung meraih Laura dalam pelukannya dan menenangkannya.

"It's okay daddy here"Davion menenangkan Laura yang tangisan nya semakin keras.

"Kakak mana daddy?"Tanya Laura

"Kakak sama mama, Laura janji du ya jangan nangis?"Tanya Davion.

"HUWAAAAAAAA"Ya semakin keras karena dia tahu Devano kenapa.

Davion memilih menggendong Laura dan membawanya pergi untuk melihat kakaknya yang sudah pasti sekarang sedang berada di rumah sakit.




To be continued

Take Me Home || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang