8. Mabok
Altarel menyandarkan badannya pada mobilnya, ia melipat tangannya didepan dada dengan posisi salah satu kakinya disilang kesamping. Ekspresi wajahnya datar dan dingin, sudah sekitar 10 menit ia menunggu disini.
Altarel saat ini sedang dalam mode senggol bacok terbukti dari ekspresinya yang seperti ingin memakan orang. Ia mendengar suara sepatu seseorang berlari mendekatinya. Ia menatap orang itu dengan tajam.
Aeris ngos ngosan setelah berlari dari kelasnya menuju parkiran. Aeris mendekati Altarel yang masih dalam posisi semula. Aeris mengatur napasnya sebelum mulai berbicara.
"Udah lama?" tanya Aeris. Ia menyadari ekspresi Altarel yang tidak seperti biasanya. Biasanya wajah Altarel akan tengil dan menyebalkan kenapa siang ini sangat menyeramkan.
"Lo kenapa?" tanya Aeris, takut takut.
Altarel masih menatapnya namun tak kunjung menjawab pertanyaan Aeris, "Lo habis berantem, ya?" tebak Aeris.
Altarel menghembuskan napasnya gusar, ia akhirnya bergerak meninggalkan Aeris, ia berjalan kedepan memutar dan masuk kedalam mobil.
Aeris bengong ditempatnya, kenapa dengan Altarel? Apakah Altarel marah gara gara ia suruh menunggu tadi?
Aeris menutup pintu mobil itu, "Lo marah gara gara gue suruh nunggu, ya Rel?" tanya Aeris.
Altarel tak menjawab, ia memfokuskan dirinya memutar mutar stir mobilnya untuk mengeluarkan mobil dari tempat parkir. Altarel masih fokus melihat kedepan lalu kembali ke spion atau menengok kebelakang. Saat mobilnya melesat ke jalanan, ia menyandarkan badannya pada sandaran kursi.
"Lo kenapa sih?" tanya Aeris ikutan kesal karena terkacangi sedari tadi. Aeris meraih rahang laki laki itu, ia menyentuhnya menggunakan dua jarinya berusaha membuat Altarel menengok sedikit kearahnya.
"Kenapa?" tanya Altarel masih fokus pada jalanan.
"Lo kenapa? marah sama gue?" tanya Aeris.
Altarel menggeleng, "Gak."
"Kok telinga lo merah?" tanya Aeris polos.
"Panas."
"Jangan ajak gue ngomong, lagi males ngomong," sambung Altarel.
Aeris menaikkan sudut bibir atasnya, dan memasang wajah julid. Ia kembali dalam posisinya menatap lurus kedepan. Tidak mempedulikan Altarel yang katanya malas ngomong atau apalah mungkin Altarel sedang lelah dan butuh istirahat.
Kalo dia begini gimana caranya gue minta izin kerpok? Keburu dicaplok gue.
*****
Altarel menghempaskan badannya ke ranjang miliknya. Ia membenamkan kepalanya pada bantal itu, Altarel memejamkan matanya berusaha untuk tenang. Aeris membuka pintu kamar, ia mengerutkan keningnya bingung melihat Altarel yang tengah tidur diatas ranjang. Tumben tumbenan Altarel langsung tidur.
"Rel?"
"Altarel!"
"Lo sakit, ya?" Aeris mencolek colek punggung laki laki itu.
"Enggak, gue mau tidur," jawab Altarel.
"Seragamnya ganti dulu, nanti licek," kata Aeris.
"Males."

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
General FictionSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.