15. Pantai.
Aeris membalik balikkan badannya gelisah diatas ranjang, sesekali ia merengek dalam tidurnya. Kakinya menendang nendang selimut yang membelit tubuhnya. AC kamar ini sepertinya mati, Aeris yang semula menutup diri dengan selimut kali ini ia menghempaskan selimut itu. Sementara Altarel tidur dengan keadaan shirtless tanpa belitan selimut, ia tidur dengan nyaman.
Brak.....
Aeris menendang Altarel hingga laki laki itu berguling dan jatuh ke lantai.
"Bangsat! Aahhsshh," Altarel duduk dilantai, ia memegangi bahunya yang terhantam dan mendarat lebih dulu di lanta
Altarel meringis memegangi bahunya yang terasa ngilu. Ia memandangi Aeris yang merengek diatas tempat tidur. Altarel mengusap keringat yang mengalir di pelipis juga lehernya.
Jam pada dinding masih menunjukkan pukul 1 pagi dini hari. Altarel bangun dan berjalan menuju sisi tempat tidur Aeris.
"Ssttt....ssttt...." Dengan perlahan, Altarel meletakkan tangannya di tengkuk leher juga di pertemuan paha dan betis perempuan itu, ia mengangkat Aeris dengan mudahnya lalu membawanya ke kamar sebelah.
"Aaaaaaa," rengek Aeris ketika Altarel menggendongnya.
"Sssttt....ssttt..."
Altarel merebahkan kembali Aeris di ranjang kamar sebelah, ia menghidupkan ac dengan suhu rendah. Altarel menepuk nepuk pantat gadis itu agar Aeris kembali tertidur.
Aeris masih memejamkan matanya, antara sadar dan tidak, ia mendudukkan badannya lalu berancang akan membuka bajunya, saking kepanasan nya mungkin.
"E-ehh?!" Altarel memegangi baju Aeris yang sudah gadis itu angkat sampai perutnya.
"Jangan dibuka sayang," kata Altarel.
"Aaaaa panasss," rengeknya kembali menjatuhkan kepalanya pada bantal.
"Udah aku idupin AC nyaa, bobo lagi," Altarel mengusap usap dahi Aeris, ia menepuk nepuk dahi perempuan itu agar Aeris tertidur.
Setelah beberapa menit, Aeris sudah kembali tidur dengan tenang. Altarel berjalan menuju kamar mandi, berniat untuk mandi karena merasa sangat gerah. Terdengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, Altarel benar benar mandi di jam 1 pagi.
*****
Aeris terbangun, ia mengucek matanya lalu memperhatikan sekitar, seperti ada yang berbeda dengan kamarnya. Aeris nampak berpikir sebentar, lalu ia berteriak dengan heboh, Aeris menggoyang goyangkan badan Altarel.
"RELLL!!!! BANGUN RELL!! KITA DICULIKK!!"
"Relll!!!! Rel kita dimanaaa???"
Dengan kebodohan dan kepolosan yang overload, Aeris memukul mukul punggung Altarel agar laki laki itu bangun.
"Ck! Apasih Aeriss???!!" Altarel menggaruk kepalanya lalu memutar badannya yang tadi tengkurap kini telentang.
"KITA DICULIK RELLL!! AYOK REL LAWAN PENCULIKNYAA!! KAMU KAN PINTER MUKUL!!" kata Aeris heboh dan panik.
"Bodoh," desis Altarel, ia mengusap wajahnya.
"Ayoo Relll, jangan tidur lagii, Rellll itu ada hantuu," Aeris menyerusuk kearah Altarel, ia memeluk tubuh laki laki itu laku menyembunyikan kepalanya di leher Altarel.
"ITU JAKET AERISS!!" kata Altarel sedikit frustasi.
"Kita dikamar sebelah, sayang."
"Kamar sebelah?" Beo Aeris, ia kembali memperhatikan sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
General FictionSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.