7. Panas

928K 65K 10.5K
                                    

7. Panas

Altarel melepas dasi yang mengikat lehernya, ia bersandar di sandaran kursi, matanya menatap datar angka angka di papan tulis. Altarel menghembuskan napasnya kasar ketika guru didepannya itu gak berhenti memberikan soal soal hitung hitungan.

"Lo mau sesuatu yang menyenangkan?" Altarel berbisik pada Dion.

Dion mengerutkan keningnya, entah apalagi yang akan dilakukan oleh temannya ini.

Altarel menghidupkan ponselnya, ia mengetikkan sesuatu disana, lalu ia mengeraskan volumenya. Lama kelamaan kelas semakin riuh. Altarel semakin mengompor ngompori agar kelas semakin panik dan berantakan.

Cit....cit...cit..

"TIKUS BU....TIKUS...TUH DISANA!" Heboh Altarel.

"Si kadal, berulah lagi dia," gumam Haikal.

Mereka berempat bangun dari tempat duduknya, ikut memanas manasi.Semua pandeangan menuju kearah mereka. Mendengar suara tikus yang terdengar asli itu, membuat mereka smua menaikkan kaki sambil berteriak melihat kebawah. Bahkan ada yang naik keatas kursi.

"Nadia! Bawah bangku lo ituuu!!!" Teriak Dion heboh.

"Gila gede banget tikus nyaaa, Bu! Di itu tikusnya ngesott di kaki ibuu tuu!!" Pekik Dirga heboh.

"Cabut!" Komando Altarel.

Mereka berempat menyelip keluar kelas, bagaikan terhipnotis semua siswa dan juga guru tak menyadari jika mereka telah keluar kelas. Beberapa detik setelah mereka keluar, suara itu telah tidak ada dan 5 bangku paling belakang sudah kosong.

Setelah berlari hingga mereka kini sampai di belakang toilet laki laki, ada ruangan yang kosong disana dengan satu kursi yang sudah reot. Altarel mengatur napasnya yang tersengal sengal.

"Habis ini kena dah kita," gumam Rifki.

"Itu urusan nanti, yang penting sekarang gue udah bebas, pusing gue sumpah!" kata Altarel, ia membuka 2 kancing teratas seragamnya. Ia mematikan video youtube yang berisi suara tikus itu lalu tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

Altarel duduk di bangku yang sudah reot itu hingga terdengar bunyi decitan kursi tua itu. Ia merogoh saku celananya mencari sesuatu. Altarel berdecak ketika mengingat benda itu sudah disita Aeris tadi pagi.

"Ga! Bagi rokok," pinta Altarel.

"Jiaakhhh sultan kok minta?!" ejek Dirga.

"Rokok lo mana Rel? Jatuh miskin lo?" tanya Dion.

Altarel mengalihkan pandangannya, "Ck! diambil Aeris tadi pagi."

Altarel dan Aeris siap berangkat menuju sekolah, sebelum berangkat Altarel berjalan menuju dapur untuk minum juga mengambil rokoknya diatas kulkas. Setelah meneguk satu gelas air itu, Altarel mengantongi satu bungkus rokok itu di celana sekolahnya. Wajah Aeris yang berada diambang pintu sudah terlihat menyeramkan padahal ia hanya menunggu sekitar 1 menit.

"Apaan tuh?!" tanya Aeris memperhatikan benda berbentuk kotak di kantong celana Altarel.

"Rokok."

"Siniin," kata Aeris galak, ia mengadahkan tangannya meminta benda itu.

"Buat apa?" tanya Altarel panik.

"Gue sita! Ngapain kesekolah bawa rokok?!"

Dengan wajah memelas, Altarel mengeluarkan rokoknya itu dari dalam celananya lalu memberikan pada Aeris. Lihat? terdeteksi bucin sejak dini.

"Kok disita sih, Ris?" tanya Altarel dengan raut wajah pura pura sedih padahal aslinya ia ingin memakan manusia dihadapannya ini.

"Gak tau! Soalnya lo bikin gue kesel pagi pagi!" ketus Aeris. Gadis itu kembali menaruh rokok Altarel diatas meja sofa.

ALTAREL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang