21.Balkon.
Matahari bersinar terik siang ini, gadis manis ini melangkahkan kakinya menuju kantin bersama teman temannya. Aeris melirik jam yang melingkar ditangannya. Menunjukkan pukul 1 lewat 10 menit.
Mereka berempat telah sampai di kantin yang lumayan sepi, hanya ada beberapa anak disana. Aeris menghampiri kedai yang menjual minuman Boba.
"Gue duluan ya guys, udah dijemput," kata Luna.
Hari ini gadis itu tak berangkat sendiri karena tadi pagi motornya dipakai jadi, ia harus berangkat diantar dan sekarang dijemput oleh kakaknya.
"Ze, lo gak balik?" tanya Aeris pada Zea.
"Nungguin Haikal," kata Zea malu malu Bagong.
"Haikal?! Jadi lo sama Haikal???" tanya Aeris penasaran.
"Jadi lo sama tuh cunguk?! Yaaa gak apa apa sih, dia lebih waras dari temennya," sindir Abel.
"Enggak kok, cuma nganter aja," kata Zea.
"Biasanya yang cuma cuma itu jadi Ze, btw pepet teruss Ze," Aeris tertawa, ia menancapkan sedotan pada minuman Boba rasa greentea miliknya itu.
"Haikal udah diluar, gue duluan ya?" Kata Zea ketika mengecek ponselnya.
"Berarti Altarel udah dong?" Aeris ikut bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lab fisika.
"Yahh prenn!! Gue gimana dong? Kok gue ditinggal??" teriak Abel masih duduk santai dibangku kantin itu.
"Yahh ditinggal, emang gak ada otaknya!" gumam Abel.
Aeris duduk dikursi dekat lab fisika, ada satu atau orang orang keluar dari lab dengan membawa tas mereka, mungkin mereka selesai mengerjakan duluan, Altarel belum ada disini artinya cowok itu masih sibuk mengerjakan ulangan, sementara Haikal? Mungkin saja ia sudah selesai akibat cap cup cup jawaban.
Aeris tampak manis dengan rambut panjangnya yang dikepang satu menjuntai dibahunya. Aeris menggunakan hoodie crop berwarna merah muda pastel. Ia mengayun ngayunkan kakinya karena sedikit merasa bosan.
Pintu lab terbuka menampakkan seorang siswa dengan jalannya saja terlihat tidak beretika.
"Ehh, cewek"
"Kayak kenal tapi siapa ya?" Siswa itu mendekati Aeris yang tengah duduk."Mau ngapain?" Suara bariton seseorang yang Aeris kenal menghentikan tingkah Udin yang akan menyentuh tangan Aeris, bermaksud berkenalan.
Udin melirik Altarel kemudian melirik kearah Aeris kembali. Udin berpura pura kaget "Ohhhh iyaaa, pacarnya si maung, iyee santai atuh Rel! Gue cuma mau memastikan tadi" Udin menepuk bahu Altarel.
"Banyak bacot lo!"
Bughh....
Altarel menendang pantat Udin dengan pelan, ia tertawa pelan kala Udin terperanjat dan langsung berlari.
"Kok kamu gitu sih bercandanyaa" Aeris mencubit lengan Altarel.
Altarel tertawa cengengesan. Aeris menggoyang goyangkan lengan Altarel, "Ayo makann, mau sate kudanil" Aeris melengkungkan bibirnya kebawah.
"HEH! AKU GANTUNG KAMU DI TIANG BENDERA YA RIS?!" Baru saja ia pusing mengerjakan ulangan fisika, kini ia kembali dipusingkan oleh permintaan permintaan Aeris.
"Sate kudanilll...." Rengek Aeris.
"DIMANA NYARI SATE KUDANIL ASTAGHFIRULLAH!!!"
"Ituuu, yang sering kamu beliii, didepan taman kotaaa, yang ada kudanil digantung ituuu" Jelas Aeris.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
General FictionSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.