14. Pulang Malam

931K 64.1K 30.7K
                                    

14. Pulang Malam.

Seseorang memperhatikan dari kejauhan, Aeris tetap menatap dua orang yang tengah duduk berdekatan itu, walaupun panas menjalari hatinya, ia tetap memandangi nya sambil meminum jus diatas meja.

Diseberang sana, lebih tepatnya di meja kantin paling belakang pojok, Altarel dan teman temannya sedang makan, mereka terlihat sangat menikmati suasana kantin siang ini. Tak lupa dengan tambahan kehadiran seorang bocil kematian, Rachel.

Rachel duduk disebelah Altarel, Altarel bahkan sudah melebarkan duduknya agar perempuan itu tak mendapatkan tempat, namun Rachel tetap saja makin memepetkan dirinya. Altarel masih sibuk bercanda dengan temannya dan menganggap Rachel tidak ada.

"Jangan diliatin,Ris," Zea menepuk pundak Aeris.

Aeris mengalihkan pandangannya kembali, ia berdehem singkat. "Itu youngcabe keknya mesti gue pites leher nya," Abel bangun dari duduknya dengan grasa grusu.

"Duduk Abel takebel kebell!!" Luna menarik tangan Abel hingga gadis bar bar itu kembali duduk.

"Gak bisa gitu dong, Luna takana kanaaa!!!" kata Abel ngegas.

"Diemin aja, gue mau liat gimana reaksinya Altarel tanpa ditegur," kata Aeris.

Rachel menyandarkan kepalanya pada lengan Altarel, Aeris masih memeperhatikan dari jauh. Memang benar kata teman temannya, semua yang berurusan dengan mantan akan terasa lebih panas 2 kali lipat.

Altarel bangkit dari kursinya, ia menukar posisi duduknya dengan Dirga, hingga kini ia berada dipojok seberang Rachel dan ia tak lagi membelakangi Aeris.

Begitu ia duduk, pandangannya langsung bertemu dengan Aeris yang menatapnya dari kejauhan. Sial. Altarel terkejut setengah mati, ia tak tahu jika Aeris ada disana, ya walaupun ia tak berbuat apa apa tetapi ekspresi gadis itu mampu membuatnya panas dingin.

Altarel bangkit dari kursinya, ia berjalan mendekati meja Aeris. Matanya masih menatap perempuan itu yang kini tengah memalingkan wajahnya. Melihat kedatangan Altarel, Zea yang tadinya duduk disebelah Aeris akhirnya berpindah posisi kesebelas Luna. Altarel duduk dikursi itu, menghadap Aeris.

"Ris..."

Tidak ada jawaban dari perempuan itu, Aeris masih menunduk memainkan ponselnya.

"Sayang..."

Altarel memutar bahu gadis itu hingga kini Aeris menghadap kearahnya. Altarel menatap mata Aeris yang sepertinya penuh dengan emosi. Altarel meneguk ludah, ia berdoa dalam hatinya semoga nyawanya selamat hari ini.

"Sh-sayang-"

Belum Altarel menyelesaikan bicaranya, tangan Aeris sudah menampar kecil pipinya. Tidak terlalu keras hanya tamparan kecil.

"Kok ditampar sih?" tanya Altarel bingung.

"Shut up! Gak ada yang nyuruh kamu ngomong," desis Aeris dengan tatapan tajam.

Altarel meneguk ludah dengan susah payah, ia menutup mulutnya. Altarel dibuat kebingungan, ia panik sendiri ditempatnya.

"Udah boleh ngomong sekarang?" tanya nya pelan, takut takut.

ALTAREL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang