10. Kerja Kelompok

816K 62.6K 26.5K
                                    

10. Kerja Kelompok.

Gerombolan Aeris dan teman teman sekelompoknya baru saja tiba di parkiran, tak sengaja ia melihat dua orang yang ia kenal, Altarel sedang bersandar di mobilnya dan Rachel didepannya.

Aeris mengalihkan pandangannya, entah mengapa, sakit rasanya melihat pemandangan ini.

Jadi dia beneran pergi?

Disela sela kegiatan melamunnya, ia tak menyadari Altarel sudah berdiri didepannya. Laki laki itu memegang kepala bagian sampingnya dengan telapak tangan besarnya. Ia mendorong kecil kepala Aeris kearah dadanya lalu ia mengecup singkat pucuk kepala gadis itu.

"Jangan marah, sebentar aja, ya?" ujar Altarel.

Aeris tak menjawab, ia memandang kearah lain. Altarel mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya. "Jangan marah, ya?" tanya nya lagi.

"Kak, ayo cepet, udah ditungguin mama," Rachel mendekati mereka, suaranya terdengar manja.

Aeris berdesis, akibat dari emosi yang menumpuk dan sudah tak tertahankan, Aeris mendorong bahu Rachel cukup keras. Tangannya tak sengaja mencakar leher Rachel hingga muncul garis kemerahan disana.

"GENIT BANGET LO YA?!" bentak Aeris.

Altarel memegang kedua bahu Aeris, laki laki itu memisahkan Aeris yang sepertinya ingin menerjang Rachel lagi.

"Ssssttt...." Altarel membawa Aeris kedekapannya untuk menenangkan gadis itu.

"Masuk!" bentak Altarel pada Rachel.

"Tapi kak-"

"MASUK!" Dengan perasaan kesal, Rachel masuk kedalam mobil Altarel, ia menutup pintu mobil dengan emosi.

Altarel masih mengelus elus punggung Aeris, gadis itu menghembuskan napasnya dalam mencoba untuk tenang. Setelah itu, ia mendorong tubuh Altarel.

Altarel memperhatikan wajah Aeris yang memerah, begitu juga mata dan hidung gadis itu memandakan Aeris menahan tangisannya.

"Jangan nangis," Altarel mengusap mata Aeris.

Aeris memutar kepalanya kearah samping, ia menghembuskan napasnya dalam, "Harusnya lo bilang dari awal kalo sebenernya lo masih sayang sama dia," ujar Aeris.

"Kata siapa, Ris? Heii...liat gue, bukan karena gue sayang dia," Altarel memegang kedua bahu Aeris.

"Udahlah, gak ada yang perlu dibahas, udah ditungguin," akhirnya air mata yang sedari tadi ia tahan membasahi pipinya.

"Ris..."

"Pergi aja." Aeris menghapus air matanya.

"Jangan pikirin gue, gue emang cengeng, pikirin aja dia," Aeris berbalik, ia berjalan keluar sekolah, teman temannya sudah menunggu disana.

Altarel kembali menarik tangan gadis itu, "Apa lagii??" lirih Aeris, air matanya kembali menetes namun ia menghapusnya dengan cepat.

Altarel menatap Aeris sebentar, ia berbalik membuka pintu mobil nya.

"Keluar," kata Altarel pada Rachel.

Rachel keluar dengan wajah kebingungan. "Gue gak bisa nganter lo, lo mau dianter Dion atau Dirga? Gue suruh mereka sekarang," Altarel mengambil ponselnya.

Rachel mengerutkan keningnya, "Kenapa kak? Enggak enggak usah suruh mereka," tolak Rachel.

"Karena ada yang lebih penting," balas Altarel.

"Lo bisa pergi," usir Altarel secara halus pada Rachel yang masih menetap disana. Rachel menghentakkan kakinya kesal karena rencananya hari ini gagal lagi.

ALTAREL [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang