42. Kelakuan Zean
Sinar mentari memasuki ventilasi kamar dengan nuansa putih tersebut. Aeris terbangun di jam 4 pagi karena mendengar suara tangisan anaknya. Aeris meringis merasakan bagian bawahnya sakit dan perih. Ia menarik selumut yang sempat terlepas untuk kembali menutupi dadanya. Aeris menggoyang goyangkan bahu Altarel. Perempuan itu berdecak karena Altarel sangat sulit untik dibangunkan.
"RELL!!" teriaknya di telinga Altarel.
Laki laki itu langsung kelabakan ditempat, "Kenapa kenapa kenapa?!" tanya nya panik.
"Teya nangis tuhh," kata Aeris.
Altarel menyibak selimutnya, ia menuruni ranjang dan membuka pintu kamarnya. Altarel membuka pintu kamar anak anak mereka. Altarel tertawa kecil melihat Teya yang sudah duduk di karpet bulu dibawah ranjang dan menangis. Sementara Zean? Bocah piyik itu masih tertidur pulas.
"Heiii...sayangg," Altarel berjongkok dan menepuk tangannya.
Teya mencoba bangun, ia berjalan dengan tertatih kearah Altarel. Gadis kecil itu menghempaskan tubuhnya ke papanya. Altarel menangkap tubuh Teya dan mendekapnya.
"Kenapa nangis, cantik?" Altarel mengusap usap kepala bagian belakang anak kecil itu.
"Papaa iyanggg!!"
(Papa ilang!)Altarel mencium pipi Teya sekilas dengan hidungnya. Ia membawa Teya pada Aeris.
"Aaaaa cayangg....cini mimik ayoo.." Aeris membuka selimutnya.
Teya berhenti menangis, ia menengok kearah Aeris, ketika melihat susunya, Teya langsung merangkak ingin turun dari gendongan Altarel. Altarel membaringkan Teya disebelah Aeris.
Altarel kembali ke kamar tadi untuk mengambil Zean kembali. Ia menepuk nepuk pantat anaknya itu agar Zean kembali tertidur. Altarel membaringkan Zean disebelah Teya yang masih disusui.
Altarel menutup pintu kamarnya, Ia ikut membaringkan dirinya disebelah Zean, lengannya memeluk Zean dan telapak tangannya menepuk nepuk pantat Teya.
Altarel melirik jam didinding sebelah kanan, menunjukkan pukul 6 pagi. Tangan kirinya meraba raba space disebelahnya. Dahinya mengkerut, kok cuma satu?
Kok satu? Satu lagi mana?
Altarel membuka matanya, ia melihat Teya tengah tertidur pulas disebelahnya. Ketika Altarel bangun, mengakibatkan suara dan getaran pada ranjang. Gadis kecil itu menggeliat. Altarel menepuk nepuk pantat Teya agar anaknya itu kembali tertidur, dengan perlahan ia bangun dari ranjang dan turun.
Langkah kaki Altarel berjalan cepat menuruni tangga, khawatir dengan keadaan istrinya. Altarel sadar ia kemarin cukup kasar dalam bermain pasti Aeris sedang kesakitan sekarang.
Altarel mengambil air dingin dari dapur lalu menenguknya. Saat hendak menutup pintu kulkas pandangannya menemukan sebuah potongan apel didalam kulkas itu. Altarel melahap apel itu kemudian memanggil manggil Aeris.
"Sayangg.." panggilnya.
"Sayanggg??" Altarel mencari Aeris.
"Ditempat cuci baju Rell!!" Teriakan Aeris terdengar dari arah berlawanan, Altarel berbalik arah menuju tempat cuci baju.
"Kenapa?" Tanya Aeris. Perempuan itu sedang memasukkan baju ke dalam keranjang.
Altarel memeluk pinggang Aeris dari belakang dengan mesra. Ia meletakkan dagunya di pundak perempuan itu.
"Kamu nggak sakit? Istirahat ajaa" Suruh Altarel dengan suara serak khas bangun tidur.
"Udah mendingan" jawab Aeris, ia masih sibuk dengan baju baju di keranjang baju itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
Ficção GeralSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.