Yang kemarin emosi 😔🤚
Hahahaha
30. Pulang.
Altarel memarkirkan mobilnya didepan rumah Aeris. Ia datang membawa rujak jambu yang Aeris inginkan. Bukan Aeris yang menyuruhnya, tapi mamanya Aeris yang menelpon Altarel katanya Aeris sedang ngidam rujak jambu.
Sejujurnya keadaan Altarel belum membaik, kepalanya masih sakit, suhu tubuhnya juga belum turun.
Altarel memasuki halaman rumah Aeris. Altarel membeku ditempatnya, hatinya seperti diremas dengan kencang ketika melihat seorang laki laki yang sedang membuat Aeris tertawa di teras rumah Aeris. Altarel cemburu, sudah pasti.
Altarel mengepalkan tangannya, ia masih berusaha untuk tidak memukuli cowok yang duduk disamping Aeris. Altarel maju perlahan. Aeris terkejut tiba tiba Altarel berada disini. Altarel menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapan Altarel berubah tajam ketika menatap laki laki disebelah Aeris.
Dengan cepat dan grasa grusu Aeris menyuruh laki laki bernama Denan itu untuk pergi dari rumahnya. Denan kebingungan saat Aeris mendorong dorong tubuhnya menyuruh nya untuk pergi.
Setelah Denan pergi, Altarel mendekati Aeris.
"Aku bawain ini" Altarel memberi rujak itu pada Aeris dengan wajah yang tak se semangat tadi.
Aeris memperhatikannya tangan Altarel yang terluka cukup parah, banyak bekas goresan dan robek kecil kecil. Aeris meringis melihat luka di tangan Altarel.
"R-rel..." Aeris menjadi takut jika Altarel malah marah padanya.
"Y-yang tadi i-itu, itu-"
"Aku hampir gila kamu tinggalin tapi kamu malah sama cowok lain" lirihnya pelan.
Matanya kembali memanas, Altarel merutuki dirinya yang sangat cengeng ini bila menyangkut Aeris.
"Enggaa-enggaa, itu tetangga sebelah, dia tadi bawain jajan buat mama" jelas Aeris.
Altarel berdehem singkat. Aeris mengusap mata Altarel yang basah. Usapannya semakin turun hingga ke pipi Altarel, usapan tangan Aeris membuat Altarel terlena sekejap.
"Kamu panas banget" Ujar Aeris khawatir.
"Anak anak gimana?" Altarel merendahkan dirinya, ia mengecup lama perut Aeris.
"Kangen banget sama mereka," Altarel mengusap perut Aeris, ia mencium perut Aeris sekali lagi.
"Aku tungguin kamu pulang" Altarel berbalik badan setelah mengatakan itu, suasana hatinya sedang tidak baik baik saja.
Raganya sakit, hatinya juga, pikirannya sedang kacau. Ia lebih memilih pulang dulu daripada ia lebih menyakiti Aeris karena tidak bisa mengontrol dirinya. Hanya dengan melihat Aeris tertawa dengan laki laki lain, Altarel sudah sangat sulit membendung rasa cemburunya. Susah memang keduanya cemburuan.
Altarel memasuki mobilnya, Altarel sedikit merasa kecewa, Aeris tidak berbicara apapun padanya setelah ia mengatakan itu. Dibalik kekecewaan itu, Altarel juga merasa lebih tenang karena Aeris mau menemuinya dan mengusap air matanya.
Altarel berjalan gontai menaiki tangga kamarnya. Altarel kembali menghantam tembok didekat kamarnya. Darah kembali mengucur di tangannya, luka kemarin pada tangannya masih basah namun ia kembali berulah dengan memukul tembok. Altarel membanting dirinya di ranjang miliknya. Cowok itu meringis memegangi kepalanya karena terasa sangat sakit dan berkedut.
Altarel membalikkan badannya hingga posisinya menjadi tengkurap, Altarel menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih ia luruskan karena masih terdapat darah baru akibat perbuatan nekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
General FictionSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.