3. Skincare
"Rel cepetan!" Aeris sudah siap menggandong tas berwarna pastel miliknya sementara Altarel sedari tadi belum selesai entah menyisir rambut kemudian mengacaknya kembali, dengan memasang segala ekspresi didepan kaca, Aeris menatapnya datar sedari tadi.
Altarel mengacak rambutnya, merapikannya satu satu, membuat Aeris geram. "GAK USAH TEBAR PESONA DEH REL!" Ucapnya karena gemas dengan Altarel yang tak henti henti mengagumi dirinya sendiri.
"Ah ganteng banget gue Ris" ucapnya pede.
Aeris menggaet tangan Altarel keluar, dengan kelabakan Altarel mengambil tas serta dasinya.
"Pelan pelan Ris elahh, buang buang tenaga lo narik narik gue" ujar Altarel.
"Lo lambat! Dandan kek cewek lo!" Cibir Aeris.
"Ya biar ganteng lah" jawab Altarel sambil merapikan sedikit rambutnya.
Dengan gerakan cepat, Aeris menjambak dan mengusap rambut Altarel membuat rambut yang 5 jam di dirapikan oleh Altarel kembali berantakan. Tapi bukannya menjadi jelek, Altarel malah makin kelihatan badas. Aeris meneguk ludahnya, gila. Altarel ganteng sekali.
"AH! Kok dijambak sih?! Berantakan lagi nih! Ck!" Decaknya kesal.
Sementara Aeris cengo, apakah Altarel marah?
"Rel.."
Aeris duduk disamping Altarel yang siap melajukan mobilnya.
"Hm?" Altarel hanya berdeham singkat dengan alis yang masih ditautkan, artinya ia masih marah.
"Lo marah?"
Tanya Aeris pelan.
"Marah"
Aeris meneguk ludahnya, Altarel yang sekarang dan Altarel yang tengil kemarin sangat berbeda. Aeris merasakan hawa devil disekitar tubuh Altarel. Aeris bergidik ngeri dan memilih memandangi jalanan daripada memandang wajah Altarel. Suasana mobil menjadi sangat sepi dan canggung.
10 menit perjalanan mereka, mereka akhirnya sampai di tempat parkir sekolah. Altarel mematikan mesin mobilnya. Mereka keluar bersamaan. Aeris menghampiri Altarel lalu ngacir kebelakang Altarel.
"Ngapain lo?" Tanya Altarel.
Aeris membuka tas Altarel dan mencari cari sesuatu. Setelah menemukan barang yang ia cari, Aeris berdiri dihadapan Altarel. Tanpa permisi, Aeris mengangkat kerah baju seragam Altarel dan memasangkan dasi milik laki laki itu. Altarel menyerngit heran. Setelah rapi, Aeris membenarkan kerahnya kembali.
"Lo marah kan gara gara gue acak acakin rambut lo? Nih gue benerin" dengan telaten Aeris merapikan rambut Altarel, menyisirnya menggunakan jarinya, dengan sedikit menjinjit,tangan kirinya ia tumpukan di bahu Altarel agar ia bisa mencapai rambut laki laki itu.
Altarel berusaha menahan kedua sudut bibirnya agar tidak terangkat, ia menatap Aeris dengan yang tengah serius dengan rambutnya.
"Masih marah?" Tanya Aeris.
Altarel menggeleng dengan menampilkan senyuman manisnya. Dengan tiba tiba senyumnya luntur dikarena teriak teriakan dari orang sekeliling mereka.
Gue yang disenyumin kok mereka yang teriak? Batin Aeris.
"Sana kekelas, hati hati ya, nanti baby nya kenapa napa" ujarnya sambil menaik turunkan alisnya.
Pernyataan Altarel mendapat geplakan maut dari Aeris, emang sedeng otaknya!
Sementara Altarel terkekeh pelan, setelah Aeris pergi semakin jauh, Altarel berjalan, bukan menuju kelas, tapi kantin, teman temannya sudah menunggu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
General FictionSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.