9. Why?
Aeris membuka matanya ketika merasakan lehernya panas karena hembusan napas seseorang. Aeris mendorong tubuh Altarel yang memeluk dirinya. Sumpah, berat sekali. Setelah usaha yang begitu keras, Aeris bernapas lega.
"Hhmmm," gumam laki laki itu, ia menggeliat meregangkan badannya diatas ranjang dengan mata yang masih tertutup.
Aeris memandang laki laki itu dengan wajah julid khasnya. Altarel membuka matanya perlahan, ia menyipitkan matanya melihat jam dinding menunjukkan pukul 6.04 pagi.
"Pulang jam berapa?" tanya Aeris.
"Jam 5." Jawab Altarel, ia kembali memejamkan matanya.
"Kenapa gak sekalian aja gak usah pulang?!"
Altarel tetap memejamkan matanya, berusaha tak mempedulikan ocehan istrinya di pagi hari ini.
"Relll ihhh!! Bangun!!"
"Pagi pagi udah ngomel aja," Altarel mendudukkan dirinya karena tangannya terus ditarik tarik oleh manusia dihadapannya ini.
"Bacot!" ketus Aeris, ia bangkit dari ranjang, merapikan bajunya yang sedikit berantakan.
"Heh?! Siapa ngajarin ngomong kasar gitu? Kemarin lo bilang bangsat juga,"
"Kok lo inget? Bukannya kemarin lo mabok?" tanya Aeris heran.
"Siapa bilang gue mabok? Gue emang minum tapi gak sampe mabok banget, gue takut kalo pulang ntar gue apa apain lo, jadi gue nginep aja dulu diapart nya Haikal," jelas Altarel.
Aeris tertegun, bagaimana bisa Altarel menyebalkan dan menggemaskan disaat bersamaan ini. "Iyain biar cepet, btw kasi tau gue, apa yang lo liat kemarin di club, hm?" Aeris mendekat ke arah Altarel, ia merendahkan dirinya sedikit membungkuk hingga wajahnya dekat dengan Altarel.
Mata Altarel bergulir kebawah, setelah melihat itu beberapa detik, Altarel menutup matanya. "Ahh takut khilaf euyy," ujarnya masih menutup matanya lalu menjauhkan wajahnya.
Aeris sontak menutup dadanya, akibat membungkuk membuat baju nya sedikit terbuka.
"Heh! Gak usah alay!" kata Aeris kesal, Altarel yang menyadari Aeris tengah salting itu pun langsung tertawa kecil, ia membuka tutupan tangannya pada matanya.
"Apa?" tanya Altarel lembut.
"Coba kasi tau gue, lo liatin apaan kemarin di club?" Aeris bersidekap dadanya.
Altarel tersenyum smirk, ia memperagakan sesuatu yang ada dipikirannya, tangannya meliuk liuk membentuk sesuatu yang dikenal sebagai 'gitar spanyol'.
Bughh.....
Sebuah bantal berbentuk persegi kecil menghantam hidungnya. Altarel meringis ketika bantal itu menyapa hidungnya dengan kasar.
"Aasshhh!!" Altarel meringis memegangi hidungnya yang baru saja mendapat penganiayaan.
"Kasar banget sih lo!" pungkas Altarel.
"Coba bilang lagi, lo liatin apa kemarin?" tanya Aeris lagi namun kali ini dengan nada lembut mengintimidasi.
"E-enggaa, tutup mata gue," cicit Altarel.
"Itu tadi yang gitu gitu apaa?" Aeris memperagakan gerakan tangan Altarel dengan kesal.
"Oh itu body cewek yang kemarin godain gu-" Altarel membekap mulutnya sendiri, ia memejamkan matanya erat, keceplosan pula. Memang darah bodoh Altarel selalu mengalir jika ia baru bangun.
"Apa? Coba bilang lagi," tegas Aeris.
"Bercanda, sayang," Altarel nyengir masih mencoba memutar otaknya untuk keluar dari masalah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAREL [TERBIT]
Ficción GeneralSEGERA TERBIT📌 Zeen Teja Altarel. Salah satu kisah mengenai pemaksaan cinta alias perjodohan telah menyatukannya dengan seseorang hingga pernikahan mereka dihadiahi oleh kehadiran dua tuyul kecil sebagai pelengkap keluarga mereka.