3. Bon kas

2.1K 311 23
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Persidangan malam itu masih berlanjut, sampai rasanya Naresh kepingin resign saja jadi manusia. Seberat inikah menjalani hidup jadi manusia? Tolong, siapapun diluar sana yang berminat mengadopsi Naresh jemput dia sekarang juga! Dia sudah lelah!

Naresh nggak akan jadi beban kok. Dia rajin bersih-bersih, jago bikin indomie plus telor, bisa rebus air, menyiram tanaman dan mencuci piring. Naresh makannya juga nggak neko-neko, sangat merakyat sekali dan ramah dikantong rakyat jelata.

"Siapa nama temen kamu? Pernah kesini belum? Kamu percaya itu motor baik-baik aja sama dia? Kebiasaan deh suka seenaknya kamu ini!"

Naresh memutar otak, mencari alasan paling logis untuk menjawab pertanyaan Bunda. Namun sebelum dia berhasil menjawab ponselnya bergetar di pangkuan. Tertera nama Juna disana.

"Sebentar."

Naresh mengangkat telepon Juna dengan hati lega. Tahu saja anak itu Naresh sedang dalam posisi bahaya.

"Halo, Jun."

"Loudspeaker," Raga mengintruksikan. Sementara Jessica dan Bunda ikut mendengarkan dengan seksama, acara TV yang tadi mereka tonton sudah terlupakan begitu saja.

Naresh langsung memencet tombol loudspeaker hingga suara Juna terdengar jelas. "Motor lo aman di gue, besok gue balikin, thanks, Res."

"Yoi."

"Udah gue amanin, dah, gue tutup ya."

"Siap!" Naresh menutup telepon dengan kepala yang dimiringkan, ekspresinya seolah mengatakan 'noh denger?'

Raga menyipit curiga walau pada akhirnya dia tidak mengatakan apapun. Bunda hanya mewanti-wanti sebentar sebelum melipir kedapur. Setidaknya, mereka tidak sampai tahu apa yang sebenernya terjadi.

Kalau sampai tahu motornya di kempeskan satpam disekolah karena salahnya sendiri, wah bisa-bisa, besok motornya bakal disita permanen.

*



Esok harinya Naresh berangkat naik bus. Dengan setelan seragam khas batik hari Rabu, dibalut hoodie putih serta sepatu converse kesayangannya, Naresh sudah merasa jadi manusia paling ganteng sejagat raya.

Dia mengendus badannya sendiri, menghirup jejak parfum baru yang dibelikan Jessica kemarin. Aromanya jelas beda dengan parfum murahan yang biasa Naresh pakai. Tipe parfum mahal yang wanginya kuat tapi nggak ngegas malah cenderung soft dengan sedikit sentuhan maskulin.

Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang