Hari Sabtu.
Pukul setengah tujuh malam civic hitam milik Jeriko berpaju dijalanan ramai menuju panti asuhan yang akan mereka kunjungi. Untungnya mereka nggak kejebak macet hari ini, sebab biasanya weekend jalanan bakal padat kendaraan.
Naresh duduk disamping kemudi sementara Winter dibelakang. Naresh yang ngotot disitu, bilangnya sih pengen aja padahal mah itu hanya alibi supaya Winter nggak duduk sebelahan sama Jeriko. Tau lah apa alasannya.
"Lo berdua ada ngabarin Ibu Desi nggak kalau kita mau kesana?"
"Belum."
"Jeriko?"
"Gak."
"Nggak apa-apa, kan, jadi surprise." Naresh melirik Winter melalui rear-view mirror. "Kita kan udah lama nggak kesana, biar mereka kaget."
"Oh, oke."
Winter beralih menatap dua buah lukisan yang dia bawa, iya dia mau memberikannya ke panti. Lalu tiba-tiba handphone nya berderit. Ada pesan masuk dari seseorang.
Papi :
cassieWinter :
ya?Papi :
pergi sm siapa? tadi bibi bilang kamu dijemput mobil item.Winter :
temen.Papi :
nareshwara?
mau kmn malam begini?Sejenak, Winter jadi curiga. Kenapa Papi tiba-tiba jadi sekepo itu padanya? Biasanya, boro-boro deh kirim pesan dan nanyain kemana. Ingat dia saja paling nggak.
Winter :
yLima menit kemudian, Papi membalas lagi.
Papi :
bener sama nareshwara? setahu papi dia selalu pakai motor.Winter :
aku bareng naresh kalau gak percaya yaudah.Papi :
papi cuma tanya kamu mau kemana sama dia malam begini?
papi telepon ya? mau bicara sm nareshwara.Winter memilih mematikan handphone nya lalu memasukkan dalam tas. Winter tahu itu hanya sekedar basa basi dari Papi, pria itu tidak pernah benar benar peduli padanya. Beberapa menit kemudian terdengar dering handphone, tapi bukan miliknya.
"Ter,"
"Apaan?"
"Papi lo telepon gue, nih." Naresh mengangkat handphonenya, tertera nama 'Om Yanuar' dilayarnya.
"Diemin aja, gak usah di angkat."
"Nggak sopan tau, gue angkat aja, ya?"
"Gak penting." Winter buru-buru meraih Hp Naresh lalu menggeser tombol merah. Naresh spontan melotot lalu merampas balik Hp-nya. "Kok dimatiin sih?! Dikira gue yang nolak panggilannya, dodol!"
"Biarin aja."
"Gak ada akhlak bocah." Naresh balik badan lalu menelepon Papi Winter yang tentu saja menuai protes cewek itu namun Naresh abaikan. Nggak beberapa lama, panggilan tersambung. Winter menyender bete dibelakang dengan kedua tangan terlipat didepan dada.
"Malem, om. Iya Cassie sama saya. Kita mau ke panti--nggak lama kok om nanti jam 9-an Cassie saya anterin pulang. Iya, aman om. Oh yang jemput tadi Jeriko, kita berangkat bertiga om. Iya, hehe. Iya, Om. Maaf nggak izin dulu tadi. Oke, Om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...