Planning liburan ke Villa sudah tersusun rapi. Baik Winter maupun yang lain sudah pada oke, bahkan Karina--tanpa diberitahu kalau Jeriko bakal terlibat didalamnya--pun setuju dengan alasan 'demi Nata'
Iya. Dari awal, Karina tahunya acara itu dibuat untuk menghibur Nata yang lagi potek hati sehabis putus sama Alfian. Belum tahu kalau sebetulnya, Jeriko bakal ikut juga.
Naresh juga mengajak ketiga ekornya ikut serta; Arjuna, Biru dan Rama. Karina pun oke-oke saja. Dia nggak punya sentimen sama orang lain, selain; Jeriko Pratama, tentunya.
Well, Winter dan Naresh tahu betul soal itu dan sadar bakal kena amukan dahsyat jika Karina tahu. Tapi mereka tetap nekat menjalankan rencana itu.
Jeriko? Persis dugaan Naresh, anak itu langsung setuju tanpa pikir panjang. Hanya satu kata ajaib yang Winter sebutkan, mampu membuat pemuda berjiwa iblis itu mengangguk; Karina.
Urusan Winter sedikit dipermudah.
"Udah sarapan?" Tanya itu terlontar dari sosok pemuda yang sejak beberapa menit lalu duduk disebelahnya. Tubuh tegapnya dibalut hoodie abu-abu yang kelihatan nyaman dipeluk. Belum lagi aroma wangi manis yang menguar dari tubuhnya, begitu memanjakan hidung.
"Belum." Kepalanya diusap-usap, kemudian di rangkul, dibenamkan ke dada. Winter langsung mendorongnya menjauh detik itu juga. "Gisel ama Nata masih disana, Na."
Naresh menaruh dagunya di bahu Winter. "Gak liat juga." Tangannya tak mau diam, melainkan sudah merayap ke pinggang Winter dan menariknya.
"Tetep aja." Winter bergeser. Naresh ikutan bergeser. Lalu merangkulnya lagi sambil mendusel ke leher. "Jangan kayak gitu, Na, ah."
"Biarin aja." Winter mendorongnya saat pipinya tiba-tiba dikecup.
"Lo manusia apa soang? Nyosor mulu." Lagi. Seolah belum puas, Naresh memegangi kedua sisi kepalanya lalu menciumi pipi kiri-kanan nya dengan agresif. "Astaga, Nana!"
Naresh tergelak saat mendapat tonjokan pelan dibahunya.
"Hih, gemes!" Naresh gantian mengacak-acak poninya sampai gadis itu mengerang kesal. "Gue ngap juga lu lama-lama."
Naresh menepuk lutut lalu berdiri. Dia menunduk, menatap pacarnya. "Mau dibuatin sarapan telor dadar, telor ceplok atau telor alien?"
"Mana ada telor alien."
Winter berdiri karena lengannya ditarik Naresh. Cowok itu memegangi bahunya dari belakang lalu mendorongnya menuju dapur kayak lagi main kereta-keretaan. Mengabaikan Gisel dan Nata yang asik main sama Simba di ruang tamu.
Ya, Simba ikut liburan ceritanya.
Karina menyusul datang tak lama setelahnya. Sementara Jeriko dan ketiga cecunguk lainnya belum kelihatan.
"Gak pengen telor."
"Maunya apa?"
"Apa aja selain telor."
"Sosis, mau?"
"Sosis?"
Naresh mengangguk. "Sosis aku, mau?"
Dia langsung cengengesan saat Winter melayangkan tatapan death glare. "Bercanda, nugget maksudnya.""Hm."
"Emang lo mikir sosis yang mana?" Lirikan dan senyum penuh arti Naresh bikin Winter merotasi bola mata. "Sosis yang anu-"
"Gue tabok ya lo terusin."
Winter menyangga dagu sambil menonton Naresh yang lagi menggoreng nugget. Sesekali melirik kearahnya lalu tersenyum tipis. Sumpah, Winter baru sadar ternyata.. Naresh manis juga ya? Dia senyum tipis begitu, jadi kelihatan kalem dan.. ganteng? Please? dirinya kemana aja selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...