Winter lagi melamun dikamar dengan kaki terkubur selimut waktu handphone nya berderit pelan, ada pesan masuk yang muncul dilayar.
Nareshwara :
cek pager bentar gue naro sesuatu.Winter :
apaan?Naresh offline.
Tanpa menunggu balasan dari Naresh, Winter akhirnya keluar dari kamar lalu turun kelantai bawah. Badannya masih rada nggak enak sih, tapi lebih mending daripada hari-hari sebelumnya. Winter tuh kalau lagi red day bisa kayak orang sekarat beneran. Sampai pernah tuh dia seharian nggak keluar kamar dan cuma baringan dikasur gara-gara keram.
Waktu dia sampai dipagar, ternyata betul. Ada kresek berlogo Indomaret yang nyangkut disana. Usai mengambilnya, Winter buru-buru masuk karena gerimis yang turut didukung oleh suara gemuruh dari langit.
Winter langsung balik ke kamar, tutup pintu lalu balik ke kasur lagi. Dia refleks senyum waktu membongkar kresek tadi yang berisi semuaaaaa makanan dan minuman kesukaannya. Nggak ketinggalan susu pisang 6 biji.
Naresh sudah hafal banget. Bahkan Winter juga menemukan obat sakit kepala, kiranti dan koyo disana. Entah motivasi apa dia dibeliin koyo "Ada-ada aja dah"
Winter memutuskan buat chat dia lagi.
Winter :
thanks babu ku
baginda ratu sangat senang:)Bertepatan dengan itu, pintu kamarnya diketuk dua kali dari luar. Winter menoleh. "Masuk aja, nggak ku kunci."
Sosok Papi muncul dari celah pintu yang dibuka sedikit. "Belum tidur?"
Winter melirik jam yang tertempel di dinding, pukul setengah 11 malam, lalu menggeleng. Menarik selimutnya, mengubur aneka makanan tadi dibawahnya.
"Kata Betta kamu nggak enak badan, mau ke dokter?"
"Nggak perlu."
"Cassie,"
"Papi mau ngomong apa, langsung aja."
"Cuma pengen lihat keadaan anak gadis Papi." Winter memilih bungkam. "Nggak boleh ya?"
Winter memalingkan wajah ke arah lain, enggan bersitatap dengan kedua mata milik Papinya yang memilih berdiri didekat pintu. "Papi boleh ngedeket kesitu?"
"Nggak."
"Oke, dari sini aja kalau gitu." Papi memaksakan seulas senyum. "3 hari lalu, dia telepon kamu, kan?"
Winter mengangguk. Dalam hati sudah menerka apa yang akan Papi tanyakan. Papi memang tidak pernah benar-benar peduli padanya.
"Jangan hubungi dia lagi."
Winter terkekeh sinis. "Jangankan ngehubungin. Kalau dari awal aku tau itu nomor dia, nggak bakal aku angkat."
"Dia tadi telepon kerumah, bibi yang angkat katanya nanyain kamu."
"Biarin aja."
Papi tersenyum pedih. "Maafin, Papi."
"Kata maaf Papi nggak bisa merubah apapun. Aku juga nggak butuh permintaan maaf dari Papi."
"Cassie-"
"Rasa sakitku nggak seberapa sama Papi yang dihianati sama orang yang Papi cintai. Bohong kalau aku nggak kecewa sama dia, tapi apa aku punya hak buat ngerasa kecewa?. Dari awal aku nggak pernah ada dipilihan siapapun." Papi terdiam membuat Winter melanjutkan kalimatnya. "Aku mutusin ikut Papi karena aku nggak mau hidup sama orang yang udah berkhianat. Tapi ternyata hidup sama Cassie aja nggak cukup, ya, buat Papi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...