Singkatnya, Karina cerita semua ke Winter minus bagian dia yang peluk-pelukan sama si buaya rawa. Winter jadi ikutan mikir dong. Sejauh yang dia tahu, Karina kelihatan anti banget sama Jeriko. Tapi kemarin malam, sahabatnya itu justru nekat nyamperin mantan-nya itu ke club dengan risiko kena amuk ketiga abangnya.
Sungguh tindakan gila sekaligus membagongkan. Winter nggak berniat ikut campur urusan Karina ya, toh mau dia melakukan apa juga itu haknya.
Winter cuma heran saja, tingkahnya jadi aneh. Apa diam-diam mereka dekat lagi? Tapi kenapa Karina bersikap ogah-ogahan sama Jeriko ketika kenyataannya dia masih sepeduli itu?
Duh, entahlah, Winter jadi pening sendiri.
"Mencair tuh eskrim lo."
Lamunannya buyar, Winter menatap Naresh yang duduk didepannya, lagi menyendok eskrim ke mulut dengan wajah heran. "Mikirin apasih? Nilai jelek? Aelaah, gue ulangan dapet 35 aja santuy."
"Nggak ada."
"Terus kenapa ngelamun?"
"Pengen aja."
Naresh lalu memalingkan wajah ke kaca. Mereka lagi di kedai eskrim dekat Mandala. Habis bubaran sekolah, Winter ngide kesini karena bilang lagi pengen makan cheescake sama eskrim matcha. Naresh nurut saja lah ya, namanya juga bucin nggak ketahuan.
"Nana."
Kedua alisnya terangkat antusias. "Hmmmm?"
"Gue puyeng banget sumpah."
"Puyeng kenapa?" Raut muka Naresh langsung berubah. Cowok itu sudah ancang-ancang mau berdiri dan menghampirinya kalau nggak segera Winter cegah. "Lah? Kalau sakit mending kita pulang, deh."
"Bukan puyeng yang gitu, tapi puyeng mikirrr!"
"Tadi katanya nggak mikir, gimana sih nyil."
Akhirnya Winter cerita semuanya ke Naresh tanpa disuruh. Naresh manggut-manggut mendengarkan. Cowok itu menatap penuh perhatian, sesekali menyendok eskrim tanpa mengalihkan atensi sedikitpun sampai cewek itu selesai bicara.
"Jadi gitu, gue nggak berniat menghakimi siapapun ya, cuma lo ngerti kan, kayak aneh aja gitu."
Naresh mengangguk. "Ngerti kok, yaudah sih biarin aja. Mereka yang jalanin kok lo yang repot. Ngapain pusing-pusing mikir gituan? Mending mikirin gue." Lanjut menggerling genit.
"Ck, gue colok sini mata lo."
Naresh nyengir. Tangannya terulur dengan gerakan tak terlihat, telapak tangannya menutupi sudut meja saat Winter merunduk buat memungut ikat rambutnya yang jatuh.
"Katanya gaboleh diceritain ke orang lain?"
Winter menegakkan badan lalu mengikat rambutnya jadi satu. "Emang sih, tapi gue lagi pengen ember aja sama lo."
Naresh geleng-geleng sambil ketawa. "Ada-ada aja."
"Lagian lo bukan orang lain."
Lo bukan orang lain.
Naresh tertegun, dadanya langsung semriwing kayak ada bunga-bunga yang bermekaran. Dia mati-matian menahan senyum dengan menggigit sendok plastiknya sampai gepeng.
"Na, nanti kerumah lo dulu ya."
"Hooh."
"Gue mau pinjem laptop buat bikin tugas. Laptop gue macet. Keyboard nya gabisa dipencet gitu." Winter lanjut ngomong. "Kira-kira kenapa ya? Padahal kemarin nggak gitu pas gue pake."
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...