14. Si cantik

1.3K 219 2
                                    

Naresh menutup pintu bagasi usai memasukkan dua buah koper milik Jessica dan Raga. Setelahnya baru melipir ke bagian kemudi buat menyalakan mesin. Dia menekan klakson dua kali buat menyuruh Raga dan Jessica bergegas. Namun sepertinya dua orang itu masih belum rela melepaskan pelukannya pada Bunda.

Naresh memutuskan menunggu dimobil dengan Winter.

"Jessie janji abis ini bakalan sering sering pulang, Nda. Kalau liburan banyak aku pasti pulang."

Bunda tersenyum sambil mengusap wajah Jessica. "Baik-baik disana ya, jaga kesehatan jangan sampe sakit. Makan yang teratur, jangan begandang karena kerjaan, kamu butuh istirahat." Bunda beralih ke Raga. "Kamu juga, baik-baik disana. Jangan ngegalau mulu"

"Aku nggak ngegalau, Nda!" Raga membantah.

Bunda terkekeh sebelum memeluk Jessica sekali lagi dan membiarkan keduanya masuk ke mobil. Mereka sempat melambaikan tangan sebelum mobil yang dikendarai Naresh melesat melewati pagar rumah.

"Kamu kok nggak pernah pake jam tangan yang aku kasih, dikemanain, Na?"

Naresh melirik Jessica melalui rear-view mirror lalu menyengir. "Dah gue jual, gue beliin gitar."

Jessica tercengang. "KAMU JUAL?!"

"Bisa-bisanya." Winter turut melirik julid.

"Emang nggak tau terimakasih banget tuh bocah, lain kasih gue aja deh Jess." Raga berceletuk sok bijak sambil mainan rubrik. "Apa-apa dijual. Bunda harus sembunyiin surat-surat penting nih, kalau nggak bisa digadai in juga ama si Nacrut."

"Enak aja lo."

"Dia nganterin kita pasti juga ada niat terselubung, nih, Jess, biar bisa bawa kabur mobil kan."

"Mulut lo nggak usah nyinyir, nyawa lo ada ditangan gue sekarang." Naresh mengijak pedal gas secara tiba-tiba sampai membuat Raga oleng dan langsung memaki dirinya.

"Kak Jess tuh beliin buat di pake bukan buat dijual, Nana."

"Yaelah, Kak, gue nggak suka pake jam begituan, kemahalan. Ntar gue disangka melihara sugar mommy. Lain kali kalau kasih hadiah ke gue tuh yang biasa-biasa aja, yang merakyat, biar kepake."

"Tapi ya nggak dijual juga, pinter!" Jessica geram. Nggak habis pikir dengan otak adiknya. "Kakak belinya khusus loh itu nunggunya lama, malah main dijual aja."

"Harusnya kalau kamu mau gitar, tinggal minta ke Kakak, bukan malah ngejual jam." Jessica masih lanjut ngomel.

"Ya maap deh, udah terlanjur juga mau diapain?" Naresh menghentikan mobil dikawasan gedung terminal keberangkatan. Dia turun duluan dan mengeluarkan koper dari dalam bagasi sebelum menyerahkannya pada Raga dan Jessica.

"Kakak sebenernya masih kesel sama kamu karena udah ngejual jam itu. Tapi karena hari ini kamu udah nganterin kesini-" Jessica mengambil sejumlah uang dari dompetnya dan menyerahkannya pada Naresh. "Nih, Jangan dihabisin semua, digunain baik baik."

Raga sudah jalan duluan meninggalkan Jessica. Mereka berbeda tujuan tapi sepakat mengambil jam terbang yang sama.

"Berasa dapet tip gue." Naresh terkekeh sebelum mendekat dan mengecup pipi Jessie cepat. Hal itu tentu bikin Jessica terkejut. "Thanks Kak Jess. Baik-baik disana, gue nggak akan kangen lo."

"Ish! hati-hati pulangnya, jangan ngebut dijalan." Jessica manyun tapi tetap mencondongkan badan buat memeluk Naresh sebelum gantian memeluk Winter. "Kakak pergi dulu, ya!"

"Safe flight, Kak Jessie!" Winter turut bersuara yang direspon lambaian tangan oleh Jessica sebelum perempuan itu menyeret kopernya menjauh.




Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang