"Nana? Yaampun kok rebahan di lantai gitu sih, bangun. Itu kotor bajunya, Nak. Kam--bentar abis ngapain kamu kok ngos-ngosan begitu? abis bikin ulah ya? Yaampun, Nana, kamu tuh yah!"
Naresh masih berusaha mengatur napasnya yang tersengal ketika Bunda mengomel. "Aku--aku--" Naresh susah payah meneruskan karena mendadak kesulitan bernapas.
"Abis ngapain lagi kamu? Bangun."
"Bentar," Naresh mengkis mengkis dan mengangkat tangannya untuk diberi waktu. "Napas dulu, Nda. Dadaku sesek."
"Ada apa, Nda?"
Raga muncul dengan setelan kaus oblong serta bawahan celana arsenal selutut. "Ngapain lo kelesotan dilantai gitu, dah? cosplay gembel?"
Naresh tidak cukup tenaga buat membalas ledekan Raga, alih-alih kembali merebahkan punggung di lantai. Tentu saja itu menuai protes Bunda kembali.
"Heh! Udah dibilangin kotor malah tiduran lagi, bangun!"
"Bentaaaarr." Naresh merengek.
"Nana!"
"Sebentar, besok aku cuci sendiri, deh." Naresh masih ngotot kelesotan di lantai sampai keributan itu ikut mengundang Jessica yang tadinya berada di dapur.
"Kamu udah gede dibilangin bandel banget, sih!"
"Udah, biar aku aja yang atasin. Bunda kebelakang aja entar ikannya gosong. Dia aku yang urus."
Naresh yang mendengar itu spontan waspada. "Mau ngapain lo?"
Raga sudah bersiap dengan seringai licik andalannya, sementara dibelakang Jessica hanya diam seolah mendukung apa yang akan Raga lakukan.
"Bangun, yuk, adik kecil." Raga berkata sok manis sambil menunjukkan senyum terbaiknya.
"Adik kecil? Bayi gorila kali." Jessica ikut meledek.
Bunda sudah melipir kedapur melanjutkan memasak.
"Mau bangun sendiri apa Abang seret?"
"Ogah."
"Diseret aja kali, ya?"
"GAKKK--BANG?!"
Tanpa aba-aba Raga menyeret kaki Naresh secara tidak manusiawi. Naresh memekik heboh sambil berusaha meloloskan diri. Raga tertawa puas seolah menikmati wajah tidak berdaya adiknya.
"Jess! Tangan Jess!"
Jessica yang awalnya anteng di dekat pintu kini ikut bergabung karena hasutan Raga. Naresh jelas kalah telak. Satu lawan dua. Meski begitu dirinya masih belum menyerah. Naresh meronta-ronta sekuat tenaga, kakinya menendang kesegala arah sambil berteriak histeris macam hewan qurban yang menolak di sembelih.
"LEPASIN! AAAAA!!! BUNDAA!! AKU MAU DIPERKOSA!! TOLOOONG!!!!"
"Dih, alay." Jessica mengejek tanpa membiarkan tangan Naresh lepas dari genggamannya.
Naresh diseret seret dengan cara paling tidak elit sedunia. Dia digotong dengan Raga yang memegangi kedua kakinya dan Jessica yang mencekal kedua tangannya. Naresh sudah serupa sesembahan yang akan ditumbalkan untuk pemujaan sekte terlarang.
"LEPASIN GUE!! BANGKE!! GAK ADA AKHLAK BANGET LO BERDUA GINIIN GUE!!! AAAAAA!!!!"
Raga terbahak puas, sementara Naresh belum menyerah dan masih meronta-ronta minta dilepaskan. "Kolam gimana?"
"Kolam belakang?"
"Hooh!" Raga mengangguk gantian menatap Naresh sambil memasang wajah sok prihatin yang sebenarnya dimaksudkan untuk meledek. "Mandi sekalian ya, bareng ikan-ikannya Ayah, yuhuuu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...