One year later.
"Gimana yang ini?"
"Ganti."
"Kalau yang ini?"
"Skip, kependekan."
"Ah, kalau yang ini?"
"Jelek. Warnanya gak cocok lo pake."
"Nah, ini!" Diangkatlah satu gaun berikutnya dari gantungan.
Senyum mengejek justru terbit dari bibir pemuda itu. "Kayak nenek nenek."
"Ini?" Tanyanya lagi dengan wajah geram menahan emosi.
Kening pemuda itu mengkerut serius. Menatap fokus sebuah gaun berwarna putih yang dihiasi manik-manik mutiara disekitar bahu. Terlihat simpel dan elegan. "Bagus, sih, tapi-"
"KOK ADA TAPINYA LAGI, SIH?!"
"Kainnya tipis. Modelnya juga nggak cocok lo pake. Ganti-"
"Jeriko, ini udah hampir semuanya loh gue tunjukin! Mau yang model gimana lagi, sih?!"
Jeriko yang lagi duduk di singgasananya sedikit tersentak. Menurunkan kakinya yang tadi bebas di atas meja. "Masa?"
Karina mendengus kesal. Lalu melempar gaun terakhir yang dia pegang tepat mengenai wajah Jeriko. "Dari tadi nggak ada yang bener. Yang kependekan lah, warnanya gak cocok lah, kayak nenek nenek lah, mending gue cari sendiri ama Gisel!"
Jeriko buru-buru mencekal lengannya. Jeriko berdiri dengan benar, lantas memutar badan Karina untuk menghadap cermin besar. Jeriko memegangi kedua bahunya, lantas menatapnya lewat pantulan cermin. "Jangan ngambek. Biar gue pilihin ya."
Karina berdecak tapi tetap mematuhinya. Sementara sosok tinggi itu beranjak dan memilih gaun yang sekiranya cocok untuk dipakai Karina nanti malam. Jeriko sengaja memborong sebuah butik ternama kerumah, biar Karina bisa memilih sendiri tanpa terganggu.
Tentu Karina tak tahu, kalau tahu mana mungkin dia mau diseret kesini.
Pilihan Jeriko jatuh pada gaun of shoulder warna hitam. Dia berderap ke arah Karina. Karina menatap malas saat Jeriko berdiri dibelakangnya, merunduk didekat bahu membuat aroma parfumnya tercium kuat. Menempelkan gaun tadi ke tubuh bagian depannya. Posisinya seperti Jeriko hendak memeluknya dari belakang. Mereka begitu rapat dalam pantulan cermin.
"Pretty."
"Hm."
"Suka engga?"
Karina merotasi mata. "Dari tadi, kek." Saat dia menoleh wajah Jeriko berada tepat disebelahnya. Napasnya tertahan sejenak saat Jeriko menarik pinggangnya lembut, untuk menghadap padanya.
"Pakai itu nanti malam sayang." Jeriko berbisik, meraih kedua tangan Karina, lalu dikecup lambat. Tatapan pemuda itu melunak. Karina tak kuasa meloloskan diri karena pinggangnya ditahan. Perlahan, Jeriko memajukan badan, melangkah kedepan seraya mendorong gadis itu sampai terduduk di sofa. Lantas berjongkok didepannya. Karina menelan saliva gugup.
Senyum tulus terbit dibibir Jeriko. "Cantiknya Darling-gue." Tangannya mengusap pipi Karina yang terasa lembut dan merona. "Boleh peluk nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...