54. Deepest feelings

1.2K 191 9
                                    

"JANGAN MELOTOTIN DOANG! BANTUIN GUE ANJEEEENG!"

Karina bangkit dengan wajah panik dan bingung. Buru buru dia turun ke bawah dan menuju ke sumber keributan. Bukan karena Juna dan Biru yang cekcok perkara rebutan cola. Bukan juga Gisel yang murka karena dijahili Winter.

Melainkan kobaran api setinggi 1 meter yang kini telah melalap separuh bagian dapur hingga mengeluarkan bau gosong.

"KARINA MUNDUR! JANGAN MALAH NGEDEKET BEGO!!"

Teriakan Naresh membuat Karina mematung. Kesadaran nya baru kembali saat lengannya ditarik kebelakang oleh seseorang.

"Mundur, Rin!" sentak Gisel.

Karina kelihatan ling lung sejenak saat menyaksikan bagaimana keempat cowok itu keteteran memadamkan api dengan keringat bercucuran dan baju yang kini sudah kotor dan basah. Mereka begitu gaduh sambil teriak-teriak.

"JIANCOOOOOK! MINGGIR LO!!" Rama berteriak kesal pada Biru yang malah mengipasi kobaran apinya. Bukannya padam, api justru makin berkobar.

Naresh masih fokus memadamkan api jadi tidak begitu menggubris kedua mahluk itu yang kini malah ribut sendiri.

"Jun! Ambil air lagi buruan! Pake apa kek terserah!"

Juna menoleh pada Naresh "Bentar pake-"

"Cepet elah! Keburu abis nih dapurnya!" Naresh mulai kesal sendiri. Tapi masih sempat menoleh cemas ke Winter. "Kamu nggak apa-apa, kan?! Gak kena kan tadi?! Pergi! Jangan deket-deket sini Cassie!"

Winter buru-buru menggeleng kencang.

"O-oke bentar!!"

Juna langsung ngibrit ke kamar mandi melewati Karina dan Gisel. Juna sempat memperingatkan kedua nya untuk tidak mendekat ke sumber api. Tapi keduanya malah mendekat.

"Dibilangin jangan ngedeket!" Bentak Naresh dengan tatapan nyalang. "Ngerti bahaya nggak sih lo?!"

"Gue mau ban-"

"MINGGIIIIIRRRRR!!!!!"

Kata kata Karina terhenti oleh teriakan menggelegar dari Arjuna.

Semua kompak menoleh dan mendapati cowok itu tengah berjalan cepat dengan langkah yang tergopoh-gopoh membawa bak plastik warna hijau. Dalam satu kali gerakan Juna langsung mengguyurkan air itu ke atas kompor yang terbakar.

Nyesss!

Padam. Desisan api yang terguyur air sukses menyudahi drama kebakaran malam itu membuat wajah mereka diliputi kelegaan.

"Huft! Untung gak kebakar beneran." Ucap Biru sambil mengusap peluhnya.

Semua orang serentak menatap Biru dengan sorot tajam. Rama tangkas ngegas.

"GAK KEBAKAR BENERAN GIMANA YA MAKSUD ANDA BANGSAT?!"

Refleks, Biru menutupi kupingnya. Karena Rama teriak tepat di sampingnya "Biasa aja dong lo!"

Juna melempar ember ke Biru lalu berkacak pinggang dengan nafas ngos-ngosan. "Gila lo! Udah gue bilang kagak usah nyentuh nyentuh dapur! Udah tau punya tangan laknat masih bertingkah aja lu!"

"Masih mending lah gak kebakar semua gitu! Kenapa lo jadi ngegas ke gue?!"

Juna mengerang emosi "Kan ini emang gara gara lo, jingaaaaan!"

"Ya gausah nyolot ke gue!"

"Terus gue harus nyolot ke siapa, hah?!"

Biru kacak pinggang. Wajahnya begitu menyebalkan. "Kemaleman gak sih lo ngajak ribut gue, Jun?"

Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang