40. Insiden

1.2K 193 22
                                    

"Hati-hati ya, Nareshwara."

"Iya, tante." Naresh memamerkan cengiran manis, lalu menatap Juna yang duduk disebelah tantenya. "Duluan, Jun." direspon anggukan singkat. "Yoo."

Usai memasang helm, Naresh melajukan motor matic kesayangannya dari parkiran kafe Volcano. Terhitung 3 hari lalu Bunda dan Ayah pergi mengunjungi Raga dan belum pulang. Selama itu juga Naresh sendirian dirumah. Sangat sepi rasanya. Jadi dia menghabiskan waktu dengan nyanyi di Volcano.

Ditengah jalan dia terkekeh sendiri, mengingat insiden kelabang mainan yang dia gunakan untuk mengerjai Winter beberapa hari lalu.

Sialnya gadis itu kesal padanya dan menolak ketemu, begitupun ketiga sahabatnya yang terlihat masih sewot dan menunggu timing pas untuk balas dendam. Pesannya juga nggak dibalas, Naresh sempat mikir WhatsApp nya di blokir tapi sore tadi Winter masih bikin status lagi di gramed gitu, entah sama siapa.

Waktu motor Naresh melintasi gang sepi, dia melihat seorang wanita yang dihadang 3 pria. Dari gerak-geriknya mereka ingin melakukan sesuatu yang mengancam si wanita. Naresh buru-buru menepikan motor lalu mencopot helm. "Woy! Ngapain lo!"

Mereka menoleh, salah satu dari mereka yang memegang belati berbalik lalu menyeringai. "Gak usah ikut campur!"

Si wanita ketakutan sambil mencengkram tasnya. Dia kelihatan masih muda sekitar 4 atau 5 tahun diatas Naresh. "Saya nggak niat ikut campur sih, tapi kalau ada sesuatu yang nggak bener, masa saya harus diem aja?"

"Gak usah sok jagoan, pulang sana!" Usir pria bertato, masih sambil memegangi lengan si wanita yang terus berusaha meloloskan diri dengan mata berkaca-kaca.

"T-tolong lepaskan saya.." Wanita berbaju ungu itu ketakutan. Naresh maju, lalu menarik lengan wanita itu ke arahnya. Tiga pria itu melotot tak terima.

"Apa?" Naresh menantang. "Lo mau apa dari dia? Duit? Mau duit ya kerja, nggak malu malak cewek sedangkan diri sendiri nggak kerja? Ck, jaman sekarang emang banyak banget orang nggak tau diri."

"Lo nantang gue?!" Pria itu menodongkan belatinya ke arah Naresh. Wanita itu memekik sambil memegangi lengannya yang langsung Naresh tarik buat berdiri dibelakang. "Badan nggak seberapa aja mau nantangin gue lo, hah?! Gue abisin juga lo disini!"

"Terserah mau ngapain, tapi lepasin dia dulu."

"Lo pikir lo siapa merintah gue?!" Pria bertato yang tadi mencekal si wanita maju, hendak menerjangnya tapi ditahan kawannya yang berambut gondrong. "Dia punya kita malam ini, jadi jangan coba-coba ikut campur kalau lo nggak mau lenyap ditangan gue!"

Naresh terkekeh sinis, yang terdengar sebagai sebuah hinaan bagi mereka.

"Kenapa malah ketawa ketawa?!" Naresh mundur saat pria itu mengacungkan belati ke wajahnya. "Lepasin dia atau lo bakal gue habisin disini!!!!"

Naresh tersenyum tenang. "Coba aja."

Pria itu meradang saat Naresh menyuruh wanita tadi berlari kabur. Kini tinggal dirinya sendirian menghadapi tiga pria itu. Salah satu dari mereka melangkah cepat lalu berusaha melayangkan pukulan ke wajah Naresh yang langsung dihindari dengan gesit.

Sebetulnya dia payah berantem, cuma kalau keadaan terdesak, Naresh bisa sedikit mengusahakan dan menepis jauh-jauh jiwa mager didalam dirinya.

Dia meloloskan tendangan tepat ke perut pria itu sampai tersungkur dipaving blok. Naresh lengah, dari arah belakang pria yang satu lagi berhasil membuatnya ikut tersungkur. Sebuah bogeman mentah mengenai wajahnya bertubi-tubi. Sudut mata, bibir dan pelipisnya berdarah.

Naresh meringis, susah payah bangkit dan menendang balik orang itu saat hendak menginjak bahunya. Naresh berdiri, badannya basah keringat. Napas terengah. "Om--udahan kek--gue capek--"

Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang