"Jangan lupa mingkem, Res."
Ditengah dentum musik yang disetel dengan volume kencang diselingi dengung ramai percakapan orang-orang, celetukan bernada geli dari bibir Juna membuat Naresh yang sejak beberapa detik lalu terpana akan sesuatu, menoleh sinis. "Apasih lu."
Tawa Juna makin jelas yang ditangkap kedua telinga Naresh sebagai wujud ejekan. Cowok berjas biru dengan rambut yang sudah berganti warna jadi ash grey itu menyenggol lengannya dengan pantat gelas yang dia pegang, lantas condong ke bahu. "Lo ngeliatin kayak gak pernah liat cewek cantik aja."
Naresh merengut, melahap sisa kukis ditangannya dengan nggak santai. "Bacot lo."
"Tapi emang beneran cantik, sih." Juna langsung tersenyum saat mendengar dengusan jengkel Naresh. "Kenapa? Gaboleh gue muji sepupu lo?"
Wajah Naresh malah makin sewot memicu Juna tertawa lagi. Tangannya menoyor kepala Naresh. "Ck, sepupu dari Hongkong. Dari cara lo natap dia aja udah beda, mana ada sepupu yang natap sepupunya sendiri ampe melongo gitu."
"Serah lo, Jun, sebahagia elu aja!"
Sebetulnya Naresh males banget datang ke acara promnight kayak ini, selain karena mager tapi juga karena beberapa hal lain yang nggak dia sukai. Tapi karena Winter datang, dia jadi punya alasan datang. Juga karena telepon Om Yanuar yang berpesan buat menjaga putrinya.
Naresh merasa harus mengemban tugas yang diserahkan camer masa depannya dong. Jadi dia tepis jauh-jauh rasa mager itu dan datang kesini, walau ya, cuma duduk-duduk doang sih dan sesekali mengamati sosok ber-dress salem itu dari jauh.
Cewek itu lagi duduk duduk manis sama gengnya ditepi kolam seberang sana. Naresh kehabisan kata, karena Winter cantik banget malam ini.
Arrrrrrgggghhhhh.
Naresh mati-matian menahan diri untuk nggak menculiknya dan diumpetin dirumah.
"Gue kesono dulu." Naresh mengangguk menanggapi Juna, kepala abu-abu itu beranjak dengan segelas minuman ditangan, bergabung dengan gerombolan orang yang asik joget bersama para senior.
Naresh buang muka malas, dia lagi nggak mood gabung. Apalagi pas lihat gerombolan cewek disana terang-terangan menatapnya. Tapi nggak berani mendekat, sebab Naresh sengaja memasang wajah jutek.
Dia memilih menyumpal kedua telinganya dengan earphone lalu menaikkan volume. Bibirnya perlahan mengukir senyum menatap telapak tangannya sendiri.
Kedamaian nya terusik karena seseorang tiba-tiba mencopot earphone-nya. Naresh menoleh, refleks mengumpat saat menemukan sosok menjengkelkan itu lagi.
"Ayo gabung sama gue, daripada sendirian disini."
Naresh membisu.
"Masa lo udah dateng cakep cakep gini cuma duduk diem sih? Gimana kalau dansa sama gue, Res?" Cewek itu belum nyerah, terus berusaha meraih lengan Naresh yang langsung ditepis.
"Ayo, dooong, atau.. lo mau sehabis pulang dari sini kita jalan bareng?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...