9. Nah, loh?

1.5K 243 21
                                    

Pagi ini Naresh terbangun dalam keadaan badan lemas dan kepala pening. Dering berisik alarm memaksa Naresh membuka mata. Kedua matanya berat nyaris terpejam kembali jika tidak dipaksa melek.

Merasa perlu memastikan, Naresh menyentuh dahinya sendiri dengan punggung tangan. Hangat. Dia betulan demam. Pantas saja sejak tadi malam dia pegal-pegal dan pusing.

Sejak kecil Naresh memang tidak tahan dingin. Ditambah kemarin dia mesti berendam dikolam selama lebih dari dua jam dan pulang dalam keadaan letih. Tidak berhenti disitu saja, malam harinya Naresh nekat pergi ke Volcano dan baru pulang sekitar pukul 11 malam.

Naresh pengen lanjut tidur lagi, tapi kalau dia bolos hari ini pasti Karina bakal mengecapnya si pengecut yang lari dari tanggungjawab.

Kemarin mereka sudah sepakat, kalau Naresh mendadak bolos hari ini sudah pasti Karina bakal menganggapnya bersandiwara.

Naresh menggeleng kuat. Dia putuskan buat sekolah hari ini walau badannya nyeri semua seperti habis dikeroyok satu batalyon kuda.

Perlahan-lahan dia turun dari kasur. Sempat berjingkat sebab kakinya terasa dingin saat mencumbu lantai. Naresh mencoba berdiri namun batal sebab sekelilingnya mendadak berputar.

Dia duduk sejenak sambil mengurut dahi. Dirasa mendingan, Naresh mencoba bangkit lagi. Dengan malas dia meraih handuk lalu melesat ke kamar mandi. Sempat nyaris terpeleset dan kepentok ujung meja jika dia tidak sigap menjaga keseimbangan.



*




Sebetulnya Naresh sangsi mau berkendara sendiri kesekolah. Dengan kondisinya ini jelas cukup beresiko. Tapi untungnya Naresh sampai dengan selamat. Meski nyaris menyeruduk tukang becak karena kurang fokus.

Jika biasanya Naresh bakal jadi manusia paling hiperaktif dikelas, hari ini cowok berhoodie hitam itu mendadak jadi manusia es. Seolah menambah kesan 'sok' misterius, Naresh turut menaikkan tudung hoodie nya dan berjalan dengan kedua tangan tenggelam dalam saku.

"Buset! Mau cosplay wibu lo, Res?" Juna yang sedang menghapus papan tulis turut mengomentari penampilan Naresh.

Sementara si empu nampak tidak peduli, memilih melipir kebelakang lalu tidur. Hal itu tentu menarik perhatian seisi kelas. Mereka jelas heran, bukan dia banget nih.

Biru mem-pause game nya karena ikut penasaran. Dia menyentuh pelan kepala Naresh yang masih terlapisi tudung hoodie, lantas menariknya perlahan. "Heh? Kenapa lo? Galau, ye?"

Naresh tidak merespon. Biru makin penasaran. Dia mencondongkan badan buat mengintip wajah Naresh yang bersembunyi diatas lipatan tangan. Jemarinya mengusap rambut Naresh. "Res, lu tidur beneran?"

"Weh, kenapa lo? Mati ya?"

"Ngaco banget mulut lu Jun." Biru menyergah. Lantas kembali menatap Naresh. "Woy, bangun, nggak usah akting sok misterius lo."

Juna turut mendukung. "Muka spek lawak nggak usah dipaksa-paksain sok cool, nggak sinkron njing."

Rama yang baru datang sontak mengerutkan kening saat Juna dan Biru tampak mengajak bicara seseorang yang duduk di bangku Naresh.

Rama bertanya 'Siapa?' tanpa suara sambil menunjuk sosok berhoodie hitam yang tengah menyembunyikan wajah.

"Si kunyuk, emang siape lagi, dah." Biru tergelak.

Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang