23. Taruhan

1.2K 195 9
                                    

Pagi pagi sekali Winter sudah terbangun. Dia nggak punya agenda penting atau sesuatu yang mesti dilakukan hari ini.

Usai cuci muka dan melakukan beberapa aktivitas, Winter turun ke lantai dasar. Bukan untuk sarapan atau menyapa orang rumah. Melainkan menyiram tanaman didepan.

Matahari masih malu-malu menampakkan diri. Udara disekitar juga terasa sejuk nyaris dingin. Namun Winter tetap nekat menyalakan keran dan membasahi pot pot bunga mawar putih miliknya.

Beberapa menit berlalu, Winter jadi keasikan mainan air. Sampai suara notifikasi Hp membuatnya menoleh. Winter berderap meraih benda pipih itu.

Ada pesan masuk dari Jeriko.

Jeriko :
sat.

Tumben banget. Tapi Winter tetap membalasnya.

Winter :
perasaan gue nggak enak nih.

Jeriko :
jogging yuk.

Winter :
tuh kan
nih pasti ada niat terselubung.

Jeriko :
otw.

Winter :
anjir
kalem napa buru-buru banget deh
gue belom ngapa-ngapain jer!
jeriko!
dih nih orang ya!

Jeriko nggak membalas hingga lima menit kemudian terdengar deru mobil yang berhenti didepan rumah Winter disusul suara klakson yang dibunyikan dua kali.

Jeriko :
cepet
3 menit gak nongol gue ledakin rumah lo.

Winter refleks berdecak. "Sinting "

"Non, lagi ngapain?" Bibi muncul, habis beres beres dibelakang. Spontan mengrenyit melihat Winter lagi nyeker sambil memegang selang ditangan kiri dan Hp ditangan kanan. "Loh? Itu biar Bibi aja yang nyiramin, nanti non Cassie telat ke sekolahnya."

"Gapapa, udah aku siram semua kok." Winter nyengir. "Lagian aku libur. Hari ini tanggal merah, Bibi lupa ya?"

"Oh, libur ya? Bibi nggak tahu non."

Terdengar bunyi klakson lagi, kali ini lebih berisik. Winter mendengus menatap pagar rumahnya yang masih tertutup.

"Pagi pagi siapa ya? Bibi mau bukain dulu-"

Winter buru-buru mencegah. "Nggak usah Bi, biarin aja." Bibi menoleh kebingungan. "Orang gak jelas. Ntar juga pergi pergi sendiri."

"Tapi siapa tahu orang penting atau tamunya Bapak, non?"

Winter menggeleng, "Bukan." Lalu buru-buru masuk kedalam rumah guna mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih sopan, yakali dia jogging pakai tank top bertali spaghetti?

Meninggalkan kamar dia berjalan cepat menuruni anak tangga sambil mengikat rambut. Sempat berpapasan dengan Ibu tirinya namun Winter hanya melempar senyum singkat sebelum meneruskan langkah.

Jangan bayangkan Winter punya sosok ibu tiri kejam dan hobi menyiksa seperti dicerita fiksi atau film sejenisnya. Wanita itu baik, sangat baik. Beberapa kali mencoba akrab dengan Winter. Namun tentu saja, Winter yang memberi jarak diantara mereka. Percayalah itu sudah upaya terbaik yang bisa Winter lakukan daripada membencinya.

"Non Cassie mau kemana? Jalan jalan pagi?" Bibi bertanya saat melihat Winter mengambil Hp dengan pakaian yang sudah berganti.

"Iya."

Winter  ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang