"Etts, kayaknya gue dateng diwaktu yang nggak tepat, nih?"
Suara yang terdengar itu sontak bikin Naresh dan Winter menoleh ke satu arah. Winter kaget, refleks mendorong kepala Naresh. Saking kencangnya anak itu sampai kejengkang nyaris terpelanting ke lantai.
"Ah, jadi nggak enak udah ganggu. Lanjutin aja, lanjutin. Gak usah hirauin gue."
"Ini gak kayak yang lo lihat ya." Winter buru-buru membela diri.
Orang itu menyeringai nakal sambil melipir usai memungut kunci motornya yang jatuh. "Lanjutin aja, gue mau ambil minum doang kok. Haus abis lihat adegan tidak senonoh."
"JERIKO BANGKE!"
Jeriko tertawa mengejek seraya ngacir ke dapur saat Winter melemparinya bantal dengan brutal.
Disebelahnya Naresh santai santai saja seperti nggak pernah terjadi apapun. Ya memang nggak ada yang terjadi kan?
"Biasa aja kali, heboh banget lo, thanks btw."
"Gue ogah terlibat gosip miring sama lo."
Naresh terkekeh. "Jeriko bukan admin lamtur yang hobi spill berita sampah. Lagian gue nggak ngapa-ngapain lo kan?"
"Tetep aja."
"Alay. Emang sebelum gue dateng lo ngapain ama Sakha? Berdua doang lagi." Jeriko menyipit jahil usai duduk di sofa yang berseberangan dengan mereka. Cowok itu melepas jaket hitamnya sebelum mencomot donat.
"Kita makan puding, makan donat-"
"Gue nggak nanya lo, Kha." Jeriko berpaling menatap Winter dengan senyum super ngeselin. "Kok diem? Oh, nggak bisa jawab? Oke, nggak apa-apa. Nggak semua pertanyaan butuh jawaban, kok. Gue paham aja, Ter."
"Lo berdua tuh sama aja ya!" Winter mendengus. Gerak-geriknya langsung terbaca oleh Naresh. Sebelum cewek itu berhasil meraih kunci motornya Naresh sudah lebih dulu mengambilnya. "Siniin, gue mau pulang. Stress lama-lama sama lo berdua."
"Emang gue bolehin lo pulang? Nggak."
Kedua alis Winter menukik tajam. Tangannya terulur ke depan, Naresh kira Winter bakal bertindak radikal dan merampas kuncinya namun sedetik kemudian dirinya malah dibuat mengerang kesakitan.
"KOK LO NYUBITNYA DISITU SIH?! GUE KAN JADI GAK BISA BALES!"
"..."
"Atau lo bolehin gue bales?"
"Balikin. Kunci. Gue." Winter menatap tajam sembari menekankan setiap kata yang dia ucapkan. "Se-ka-rang."
Naresh mengulum bibir sambil menggeleng ribut, tangannya masih tersembunyi dibalik punggung mengamankan kunci motor Winter. "Gak mau, mending lo cute gue aja deh daripada pulang."
"Cute apaan?"
"Cubit tete."
Winter frustrasi. Sementara Jeriko cuma ketawa-ketawa saja. Sampai lupa diri dan nggak sadar sudah mengembat 5 donat selama keributan mereka berlangsung.
"Hobi banget bikin singkatan nyeleneh."
"Wajar. Dia kan aneh." Jeriko nyeletuk.
"Iya, gue kan aneh." Naresh tersenyum bodoh.
"Bangga lo kayak gitu? Mana cengar-cengir lagi, astaga!" Winter langsung terserang vertigo dadakan. Niat awalnya untuk pulang batal sudah.
"Bangga lah! Emak gue aja bangga sama gue."
Tanpa sengaja pandangannya tertuju pada kotak donat yang hanya tersisa satu biji. Winter mengerjap, perasaan tadi masih banyak deh, pada lari kemana?
Lalu dia menatap Jeriko yang melahap gigitan donat terakhir ditangannya dengan tampang tak berdosa. Merasa diperhatikan, Jeriko menoleh, satu alisnya terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...