Sejak pagi Naresh sudah dilanda konflik batin. Antara meneruskan perjalanan kesekolah atau madol saja sekalian.
Naresh bisa saja sih bolos hari ini lagian dia juga bukan murid yang tertib tertib amat yang mesti menjaga citra baik disekolah. Walau tidak bisa dibilang trouble maker juga. Tapi Naresh masih ragu buat melakukannya.
Makanya 15 menit berlalu dia habiskan buat nongkrong sambil ngemil roti kacang di warung Teh Ocha dan memantau keadaan.
"Kamu tumben nongkrongnya sendirian, yang lain kemana, Na?" Teh Ocha bertanya sambil menaruh gorengan ke piring, Naresh mencomot satu yang nyaris jatuh ke lantai gara-gara panas.
"Udah masuk kayaknya." Naresh menyangga kepala dengan wajah muram persis duda anak tiga yang baru ditinggal mati istrinya. "Saya galau, teh."
"Galau kenapa? abis diputusin pacar?" Teh Ocha bertanya dengan nada geli.
"Saya jomblo, teh."
Teh Ocha tertawa, lantas berputar kebagian lain guna mengelap meja dengan serbet. "Kirain gitu, biasanya kan anak-anak seumuran kamu gitu galaunya karena cinta-cintaan."
"Kalau kata Juned saya noob, teh." Teh Ocha cuma ketawa kecil. "Saya nggak biasa deket-deket cewek, apalagi yang nggak akrab banget."
"Loh, terus yang bonceng kamu waktu itu bukan cewek kamu, tah? Yang rambutnya sebahu, yang cantik itu?"
Naresh langsung konek. "Oh, si Winter. Kita temenan dari orok, teh, nggak pacaran kali."
"Oh kirain, soalnya teteh lihat kalian suka berangkat bareng juga gitu, lengket banget lagi."
"Ya gitu, deh." Naresh melongok keluar, mengecek apakah sudah bel atau belum. Rupanya si Mamat masih mondar-mandir di tengah jalan sambil mengatur lalu lintas. Beberapa murid juga terlihat baru datang sebelum turun dan menuntun motor mereka melewati gerbang.
Naresh membuka ponsel karena tidak terbiasa pakai jam tangan. Jam mahal pemberian Jessica kemarin saja teronggok di laci, tidak pernah dipakai sama sekali. Satu-satunya yang menghiasi tangannya adalah bracelet hitam, itupun dia pakai karena Winter yang kasih, kado ultah tahun kemarin. "Wah, kacau nih, jam nya Bu Lastri lagi. Pr gue?!"
Naresh mendadak terserang panik. "Teh?!"
"Astaghfirullah, ada apa?!" Teh Ocha sampai tersentak.
"Maafin Naresh kalau selama ini Naresh bikin salah dan suka ngutang diwarung teteh, ya?"
"Kamu kenapa ngomong gitu?"
"Kayaknya hari ini saya nggak akan selamat.."
"Hah?!"
"Iya, Teh Ocha jangan kangen saya ya nanti. Soalnya kalau kangen nggak ada lagi yang kayak saya disini. Saya ini limited edition, cuma ada satu dimuka bumi Indonesia pertiwi ini." Naresh makin ngaco.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter ✓
Humor(Completed) "Ter, menurut lo kenapa ayam tuh dikasih nama ayam? Kenapa nggak sapi aja atau.. kudanil gitu?" "Kalau gue gorok leher lo sekarang, kira-kira lo mati apa nggak napas aja, Na?" Nareshwara itu tinggi ✅ Ganteng ✅ Suaranya bagus ✅ Jago gom...