Yoohyeon merebahkan diri di tempat tidur. Cuaca begitu panas dan ini jauh lebih menyiksa ketika Ia tidak diperbolehkan untuk minum kopi. Astaga, Yoohyeon langsung menelan air liurnya membayangkan segelas kopi dingin dengan banyak es di dalamnya. Wanita itu berguling menyamping dan berdecak kesal.
Entah kapan Yoobin melakukannya, wanita tomboy itu menyembunyikan kopi, soda, dan berbagai hal yang mungkin bisa melukai lambungnya. Dia tahu itu untuk kebaikannya, tapi menghabiskan sepekan tanpa minuman kesukaannya itu, rasanya mustahil.
"Huf...!! Aku sangat ingin minum kopi!" Yoohyeon memukul bantal dengan keras.
"Astaga..... Ini akan jadi jauh lebih menyebalkan dari perkiraanku...."
Kedua matanya terbuka. Yang pertama kali Ia lihat adalah sebuah kotak cokelat berisikan kertas-kertas yang Ia beli. Jujur dengan bantuan Woodam surat untuk wanita cantik itu selesai dengan begitu cepat.
Dan kini yang Yoohyeon tidak tahu adalah dimana surat itu sekarang. Tapi mengingat kemarin perasaannya begitu baik seharian mungkin itu pertanda suratnya sudah sampai. Aneh sekali, apakah ikatan batin tidak punya batas maksimal jarak??
"Benarkah ini....." Yoohyeon beralih untuk duduk di tepi ranjang.
"Hanya dengan satu kali pertemuan, kami terhubung begitu erat? Apa itu masuk akal?"
Tangan itu, dia menjabat tangan Jiu dengan tangan itu. Ia masih sangat ingat bagaimana wanita itu membelai pipinya ketika Ia sedih.
Teringat jelas tatapan matanya yang jujur jika perasaan dalam dirinya sampai pada Jiu juga. Sungguh, wanita ini tidak menyesali telah berlari mencari seorang Jiu.
"Jika aku mengingatnya lagi.... Di setiap langkah kaki untuk menemuinya terakhir kali, rasanya begitu ringan. Aku yang bahkan tidak ingat dimana hotel tempatku menginap, namun bisa berlari ke tempat yang Ia sebutkan satu kali...."
Wanita itu mengikat tinggi rambut cokelatnya. Kakinya melangkah, tangannya terulur, menarik keluar surat dari Jiu yang Ia sembunyikan.
"Jiu-ya....." Panggil Yoohyeon pelan.
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
Jiu yang duduk tenang di sofa mulai merasa gelisah. Tidak, dia hanya merasakan sesuatu tiba-tiba. Dia melihat ke sekitarnya, sunyi.
Siyeon harus pergi mengurus sesuatu. Gahyeon? Ia masih di rumah sakit, besok wanita imut itu baru diperbolehkan pulang. Lalu siapa yang.... Memanggilnya?
"Siapa yang mencariku??"
Jiu mematikan televisi dan duduk tenang. Jujur Ia takut dengan makhluk tidak kasat mata. Tolong jangan bilang jika mereka ingin mengganggunya.
"Tolong hantu-hantu baik..... Jangan ganggu aku.... Aku tidak mengganggu kalian, aku anak baik kumohon....."
Dia menekuk lututnya di atas sofa, meletakkan bantal sofa di pahanya yang tertekuk, dan menenggelamkan kepalanya disana. Tidak lupa menutup rapat matanya dan kedua telinganya.
"Aku mohon tuan atau nyonya hantu..... Daripada kalian menggangguku, kenapa tidak pergi liburan saja....?? Kalian tidak akan puas menggangguku sepanjang musim panas...."
Siapa pun yang mendengar ucapan polos itu pasti akan tersenyum gemas dan menghampirinya. Tapi kali ini dia harus bertahan sendiri. Sampai suara itu muncul lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfic"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...