Gahyeon duduk berhadapan dengan Jiu. Dia mengerutkan kening dan memijatnya perlahan. Rasanya perasaan khawatir yang Jiu rasakan tertular kepadanya, dia terpapar kekhawatiran Jiu. Wanita di depan Gahyeon hanya bisa mendecak kesal beberapa kali atau bahkan menjatuhkan keningnya ke meja.
Sudah kurang labih satu jam tiga puluh menit mereka mencari cara agar Jiu bisa mengingat hal yang sedari tadi dia bahas. Tapi keduanya menemui jalan buntu dan tidak bisa memikirkan cara lain. Gahyeon menghabiskan minuman bersodanya dan menghela nafas kasar. Jiu yang melihat Gahyeon kelelahan akhirnya menyerah.
"Tidak terjadi apa pun, bahkan kita sudah mencoba segala cara selama hampir dua jam"
"Kurasa..." Ucapan Gahyeon terjeda karena dia menguap.
"Otakmu itu butuh di reparasi"
"Biayanya pasti sangat mahal"
"Jangan bahas biaya, pertama-tama kita harus cari orang tidak waras mana yang mau mereparasi otakmu, baru setelah itu.... Kita pikirkan biayanya"
"Astaga..... Berpikir saja membuatku lelah....." Ucap Jiu sembari meregangkan tubuhnya.
"Aku bisa cepat tua jika tidak segera bergerak dari sini"
"Aku tidak peduli jika aku jadi tua dan mati dalam posisi duduk...." Lagi-lagi Gahyeon menguap.
"Meja ini sudah terlalu nyaman untuk aku tinggalkan, aku tidak keberatan tidur disini...."
Jiu mencoba untuk berdiri. Rasa sakit menjalar di sepanjang punggung hingga ke pahanya. Wanita itu berjalan sedikit membungkuk karena menahan sakit punggung. Dia menghampiri Gahyeon dan mengajak wanita itu untuk tidur di kamar. Jiu meraih tangan Gahyeon dan membantunya berjalan.
Beberapa kali Gahyeon hampir jatuh karena dia tidak kuat menahan kantuk. Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya Gahyeon bisa tiba di kasurnya. Wanita imut itu langsung terlelap bahkan mendengkur tidak lama setelah tubuh dan kasurnya bertemu.
" Ya ampun..... Punggungku sakit sekali.... Auw...."
Jiu membuka matanya setelah merebahkan tubuhnya.
"Baiklah besok.... Aku akan coba lagi.... Mengingat..... Alamatnya...." Jiu berkata dengan terjeda-jeda karena menguap.
"Aku harus tidur...."
Baru saja dia akan menutup mata, ponselnya berbunyi. Jiu menggeram dan berusaha mengambil ponsel di atas nakas. Mata Jiu terbuka sedikit dan melihat itu adalah panggilan video dari kekasihnya.
"Bolehkah aku tidak mengangkatnya? Aku benar-benar mengantuk...."
Tapi tangan Jiu bertindak lain. Dia menerima panggilan tersebut dan tidak lama di layarnya sudah terdapat wajah Siyeon.
"Hei hei.... Apa aku mengganggu tidurmu?"
"Tidak, tidak begitu.... Aku hanya.... Lelah saja, aku belum tidur"
"Kau yakin? Kau terlihat begitu mengantuk"
"Aku yakin sekali..... Jangan khawatir"
"Kau berusaha meyakinkanku?? Kau bahkan bicara dengan mata terpejam"
"Aku tidak memejamkan mataku, aku hanya.... Mataku kemasukkan debu..."
Siyeon menutup mulut menahan tawa kecilnya. Jiu mencoba mengintip karena matanya sangat amat berat untuk dibuka. Dia bisa melihat Siyeon juga dalam posisi yang sama dengannya, berguling dan memposisikan ponsel di hadapannya.
"Tidak biasanya..... Bukan.... Ini pertama kalinya.... Bukan?"
"Pertama kalinya apa?"
"Kau.... Menelponku seperti ini...."

KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfiction"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...