"What?? In two days?!"
[Apa?? Dalam dua hari?!]
Yoohyeon melempar buku yang dia gunakan untuk menutupi wajahnya. Dia langsung bangun dari posisi awalnya. Kini dia berjalan gelisah di kamarnya.
"No! I can't! Why should I go there?!"
[Tidak! Aku tidak bisa! Kenapa aku harus pergi kesana?!]
Dia menarik rambutnya dan bersandar di dinding. Apa yang terjadi?
"Listen! I don't want to go, and won't listen to you!"
[Dengar! Aku tidak mau pergi, dan aku tidak akan mendengarkanmu!]
"You have to go. Remember last time you said no to him?"
[Kau harus pergi. Ingat terakhir kali kau katakan tidak padanya?]
"He ended up in the hospital for several days"
[Dia berakhir di rumah sakit selama beberapa hari]
"Who did that to him?"
[Siapa yang melakukan itu padanya?]
"That is none of your business!"
[Itu bukan urusanmu!]
"It's not my thing, however, you should go. They don't want to be rejected and if you don't listen to me y-"
[Itu bukan urusanku, bagaimanapun, kau harus pergi. Mereka tidak mau ditolak dan jika kau tidak mendengarkanku k-]
"You're the one who has to listen to me!"
[Kau satu-satunya yang harusnya mendengarkanku!]
"No, you have to l-"
[Tidak, kau yang harus me-]
"Shut up your little fucking dog! No and no!! Tell them to wash their asshole!!"
[Diam kau anjing kecil sialan! Tidak dan tidak!! Katakan pada mereka untuk mencuci bokong mereka!!]
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
Yoohyeon dengan sadar melempar ponselnya ke lantai. Seakan sudah paham dengan kelakuan tuannya, ponsel itu masih dalam keadaan baik-baik saja dengan layar yang menyala. Wanita itu menggeram frustasi sambil menarik-narik rambut hitamnya.
Kali ini dia menggigit bibirnya tanpa sadar sampai mengeluarkan darah. Yoohyeon menangis sambil menenggelamkan wajahnya. Seseorang memasuki pintu.
Dia membawa sebuah kantung plastik berisi dua kotak putih. Wanita berambut hitam sebahu itu mendekati Yoohyeon. Dia menyetarakan tingginya dengan Yoohyeon yang terduduk di lantai. Dia mengangkat wajah cantik wanita itu dengan jari telunjuk.
"Yoobin-a...." Yoohyeon berkata dengan lirih.
Wanita bernama Yoobin itu dengan perlahan membantu Yoohyeon berdiri. Dengan lembut dia mengarahkan wanita sebayanya itu untuk duduk di pinggir tempat tidur. Yoohyeon tidak duduk di samping Yoobin, dia duduk dalam pangkuannya.
Kedua tangan Yoobin melingkar di pinggang ramping seorang Kim Yoohyeon. Kenyamanan pelukan wanita tersebut membuat Yoohyeon jauh lebih tenang. Dia mulai berhenti menangis, hanya menyisakan sedikit isakan kecil.
"Yoohyeon-a.... Look at me...." Yoohyeon mengangkat wajahnya.
[Yoohyeon-a.... Lihat aku....]
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfiction"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...