[39] New me

84 15 26
                                        

  Jiu dengan sabar menunggu Handong menyelesaikan bukunnya. Entah berapa lama lagi Ia akan selesai Minji hanya bisa terus menunggu. Satu-satunya hal yang ia pikirkan untuk menjauh dari Siyeon hanya dengan bersama Handong. Setelah beberapa saat akhirnya Handong mengait lengan Minji. Mereka berjalan bersama melewati deretan pertokoan menuju sebuah salon di blok selanjutnya.

"Selamat datang"

"Aku sudah membuat janji"

"Atas nama?"

"Handong"

Setelah beberapa saat mereka mempersilakan Handong dan Jiu menuju ke bagian dalam salon. 

"Kau ingin mewarnai rambut?" Tanya Jiu.

"Heum. Kau ingin juga?"

"Eh? Aku?"

"Iya kau memangnya aku bertanya pada siapa lagi?"

"Tidak perlu aku temani saja bagaimana?"

"Aku memaksa"

"Kau tidak bisa memaksaku Handong-a~" Jiu bergelantung manja pada lengan Handong.

"Sudahlah!" Handong memukul pelan kepala Jiu.

"Anggap saja ini caraku membantumu untuk tidak lagi berkutat dalam kesedihanmu. Cobalah sesuatu yang baru"

"Eum...."

  Jiu mengerucutkan bibirnya dan berpikir sejenak. Handong tidak salah mungkin cara ini dapat mengembalikan suasana hatinya. Bisa saja setelah ini Ia akan merasa lahir kembali walau hanya dengan mengubah warna rambutnya. Lagipula Jiu juga ingin melakukannya sejak lama. Tapi Ia seperti tidak rela lepas dari kesedihannya. Karena disana ada Yoohyeon.

  Yoohyeon masih saja mengambil tempat dalam hatinya. Dalam bahagia, sedih, kecewa, bahkan marahnya masih ada Yoohyeon. Jiu tidak rela jika momen terkahirnya dengan wanita itu dilupakan begitu saja walau itu baik baginya untuk melangkah maju dari sana. Tempat aman, mungkin itu sebutannya. Jiu tidak mau meninggalkannya.

"Mau aku sarankan warna-nya?"

"Eum??" Handong terdiam dengan wajah datar.

"Sudah kuduga kau melamunkan hal lain"

"Hah??"

"Baiklah bagaimana kalau kamu mencoba warna ini"

  Handong membisikkannya kepada Jiu. Mendengarnya saja sudah membuat Jiu menentang keras. Wanita cantik itu langsung menceramahi Handong, mengatainya gila, bahkan mengumpat. Ekspresinya benar-benar seperti karakter komik yang sedang protes. Namun bukan Handong jika Ia tidak bisa menyeret Jiu. 

  Wanita itu mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya. Permen loli stroberi itu bagaikan penyumpal mulut bayi cerewet itu. Memanfaatkan Jiu yang sedang memproses perpindahan situasi itu, Handong menariknya duduk. Wanita itu membuka kedua telapak tangan Jiu dan memberikan sebuah kantung berisikan permen berbentuk kelinci merah muda.

"Diam dan jadilah anak yang baik"


O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O


"Jadi, kau tinggal disini?" Sua menyeruput jus yang baru saja Ia beli.

"Aku sudah lama disini. Kau sendiri? Liburan?"

"Tidak juga, aku bekerja disini"

"O-oh? Aku pikir kau masih..."

"Untuk seumuranku tentu saja iya. Tapi aku lebih menyukai bisnis dibandingkan kuliah. Aku lebih mementingkan mencari pengalaman daripada hanya duduk dan berpaku pada teori dalam buku"

Summer to AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang