Gahyeon termenung di tempatnya. Wanita mungil itu bahkan tidak dapat mengatupkan mulutnya. Matanya fokus pada satu tujuan yang mana tentu saja membuatnya terkejut. Tanpa perlu penjelasan orang-orang pasti bisa menyimpulkan sendiri. Sebagaimana kita menyimpulkan hati sebagai cinta atau merah sebagai tanda bahaya. Gahyeon punya banyak pertanyaan namun tidak baik rasanya mencecar temannya itu disaat orang itupun juga masih kebingungan.
Jiu mengalihkan pandangannya merasa sedih bukan main. Hanya ini pilihan yang bisa Ia putuskan. Jangan tanyakan pada Jiu bagaimana itu terjadi. Hilangannya seakan langsung terhapus sesaat setelah Ia memasuki pintu rumah. Namun luka dari ingatan itu tinggal dan melekat di hati kecilnya.
"Aku tidak tahu ini benar atau tidak..." Ucap Jiu kepada Gahyeon.
"Tapi dia mengatakan kalau aku boleh berubah pikiran setelah beberapa saat"
"Dan kau akan berubah pikiran?" Gahyeon mengusap lehernya gelisah.
"Aku langsung ingin berubah pikiran saat itu juga. Tapi aku tidak bisa mundur lagi" Jiu berdiri dan pindah ke samping Gahyeon.
"Ini hanya untuk sementara Gahyeon-a. Setelah amarah dan kebingungannya sirna aku bisa menolaknya" Jiu menggenggam kedua tangan Gahyeon.
"Tapi bagaimana jika setelah waktu berlalu dan Ia sangat yakin kau telah melupakannya? Siyeon tidak akan setuju kau berubah pikiran Jiu-ya. Dia akan berpikir kau benar-benar serius dengannya"
"Karena itu tolonglah aku Gahyeon-a. Untuk ke depannya, sampai waktunya nanti berakhir, tolong bantu aku meyakinkan diriku. Bantu aku untuk merasa yakin bahwa untuk saat ini, keputusanku sudah benar" Jiu berlutut dan menatap Gahyeon dengan seksama.
"Kumohon Gahyeon-a...."
"Jiu-ya... Aku tidak tahu apa yang kau katakan sampai Siyeon bertindak seperti ini. Aku juga tidak tahu mendetail soal permasalahan diantara kalian, aku hanya tahu berdasarkan apa yang kau ceritakan" Gahyeon melepaskan tangannya dari genggaman Jiu.
"Aku akan bertindak sesuai situasi saja. Sesuai dengan pandanganku sebagai pihak ketiga. Aku mungkin tidak bisa memberi dukungan yang kau mau sepenuhnya. Tapi aku akan berusaha semampuku untuk mendukungmu"
"Tidak masalah bukan?" Gahyeon menggaruk pipinya.
"Iya.... Tidak masalah" Jiu berdiri dan berjalan menjauh.
"Terima kasih banyak Gahyeon-a. Maaf terus menyusahkanmu"
"Jiu-ya, kau salah pa-" Jiu telah menutup pintu sebelum Gahyeon selesai bicara.
"Tidak masalah.... Mungkin aku saja yang masih tidak bisa menerima pertunangan ini"
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
"Jadi itu alasan kau sampai kesini?"
"Iya... Mungkin begitu" Yoohyeon kembali menenggak sisa minumannya.
"Seharusnya aku tidak berurusan dengan cinta sampai aku menyelesaikan pendidikanku. Menyebalkan!" Yoohyeon melempar kaleng kosong itu.
"Hei hei tenanglah" Sua menepuk-nepuk pipi Yoohyeon perlahan.
"Perasaanmu itu adalah hal yang normal. Itu sangat wajar, tidak ada yang salah jika kau merasakan cinta pada seseorang. Jangan menyalahkan dirimu soal itu"
"Lalu apa yang salah?" Yoohyeon mulai terisak.
"Keputusan dan tindakanmu yang salah" Sua membuka kaleng berikutnya.
"Kau memutuskan untuk mencintai dan menjalin hubungan disaat kau sudah memiliki pasangan"
"Karena aku memutuskan untuk berselingkuh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/215890396-288-k761441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fiksi Penggemar"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...