"Apa??" Handong langsung memalingkan wajahnya ke belakang.
"Bawa aku" Minji menatap Handong sangat serius.
"T-tunggu tunggu! Beri aku waktu!" Ucap wanita itu sembari pergi ke tempat lain.
Minji duduk di meja makan dan menghela napas panjang. Ini ide yang sangat konyol dan begitu tiba-tiba. Jujur Ia bingung bagaimana harus menyampaikannya agar tidak terkesan aneh. Tapi ini juga merupakan sebuah solusi, sementara, untuk masalahnya.
Ada yang mengatakan jika ingin merasa lebih baik, makan hindari pemicunya. Inilah jalan keluarnya! Pergi yang jauh untuk sementara waktu dan kembali sebagai diri yang lebih baik. Namun, apa benar ini ide yang bagus?
"Oke oke..... Jadi kau bilang apa tadi?" Handong datang setelah menelpon.
"Handong, bawa aku" Ucap Jiu tegas.
"Kau sedang memintaku..... Untuk membawamu pergi bersamaku?" Handong berucap pelan semabri menunjuk wanita itu dan dirinya bergantian.
"Iya..... Bawa aku bersamamu" Wanita cantik itu terdiam cukup lama.
"Kau tahu kau terdengar seperti apa sekarang?" Tanya Handong
"Aku memang terdengar konyol tapi aku serius"
"Baiklah..... Bukan itu sebenernya yang mau aku katakan tapi tidak salah juga" Handong duduk berhadapan dengan Minji.
"Aku tahu kau sedang gila saat ini. Tapi! Aku yakin kau perlu penanganan serius karena kau benar-benar sudah gila" Handong tersenyum sinis.
"Kau merasa begitu? Mungkin memang benar begitu....." Minji menatap ke arah lain dengan mata berbinar.
"Hah....... Aku tidak bermaksud merusak suasana hatimu, sebenarnya" Sosok dengan sweater abu-abu itu kembali menjawab.
"Kau sudah tahu aku akan pergi dua jam lebih cepat bukan? Kalau memang kau bersikeras ingin ikut, datanglah dengan bawaanmu. Sisanya akan urus sendiri"
Tentu saja itu sebuah kejutan. Minji bahkan sempat meragukan apa yang Ia dengar walau menantikan jawaban seperti itu. Wanita semampai itu hendak melompat ke pelukan Handong ketika wanita di seberangnya itu lebih gesit sepersekian detik.
Tanpa mempedulikan temannya yang kesakitan akibat tersantuk ke kursi, Handong memberikan sedikit penjelasan soal keberangkat "mereka". Setelahnya Ia langsung pergi kembali menyiapkan barang di kamarnya.
Minji berjalan pulang dengan gembira. Tentu saja Ia senang karena bisa pergi bersama Handong. Kedua, Ia senang bisa setidaknya berlibur walau tidak tahu apa yang Ia lakukan di tempat tujuan. Ketiga, dia tidak perlu repot-repot mengurus soal keberangkatannya.
Benar-benar sebuah keberuntungan yang berlimpah bagi Minji. Bahkan Ia sampai membelikan makanan dan minuman kesukaan Gahyeon sebagai bentuk berbagi kebahagiaannya. Kurang bermurah hati apalagi dirinya ini?
"Benar-benar gila!" Ucap Gahyeon setelah meneguk soju langsung dari botolnya.
"Nampaknya kau yang lebih gila, meneguk soju saat tengah hari" Batin Minji.
"Aku sudah membayangkan skenario terburuknya kau akan ikut bersama Handong entah bagaimana caranya. Tidak kusangka ternyata musibah itu benar-benar terjadi. Seharusnya aku berharap yang baik-baik saja" Gahyeon menunjuk Minji dengan sumpitnya.
"Hei hei hei! Sopan sedikit padaku, setidaknya" Ucap Minji setengah tertawa.
"Aku tahu kau tidak rela membiarkanku pergi tapi aku memilih begitu. Selamat ya!" Minji menyindir Gahyeon sembari meneguk Soju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfiction"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...