Minji tidak habis pikir dengan perkataan Handong. Itu mungkin saja terjadi, tapi kalau itu benar-benar terjadi? Kenapa seorang Siyeon harus bersusah payah memastikan ketika dihadapannya sendirilah Minji memutuskan Yoohyeon? Mungkinkah Siyeon ragu karena menangkap basah dirinya yang mengirimkan surat perpisahan untuk Yoohyeon??
"Dengan alasan apa??"
"Tidakkah kau tahu? Kau mungkin memutuskannya secara fisik, tapi secara perasaan apa kau sudah benar-benar melupakannya?" Handong menang telak.
"Walau begitu.... Bukankah seharusnya kami sudah jadi lebih baik?? Aku bahkan tidak pernah lagi menyinggung soal Yoohyeon!"
"Karena yang diinginkan Siyeon bukan hanya dirimu saja Jiu-ya"
"Dia ingin apa dariku ketika aku sudah memberikan semuanya??" Minji tidak habis pikir.
"Pikiranmu. Dia ingin agar di dalam otakmu, dimana pun kau berada, kapanpun, sedang melakukan apa pun, hanya dia yang kau pikirkan" Handong menggenggam kedua tangan Minji dan menatap lurus matanya.
"Katakan yang sejujurnya pada dirimu sendiri. Apakah Yoohyeon, masih ada di pikiranmu?"
Minji terdiam setelah Handong bertanya. Dia benar, Yoohyeon ada di pikirannya, selalu. Bahkan sejak awal Handong menyinggungnya, bayangan akan wanita itu langsung muncul dalam kepalanya.
Bahkan Ia serasa ditarik mundur kembali ke waktu mereka pertama bertemu. Semuanya terukir jelas, sangat jelas. Bahkan disaat Ia merasa sulit, Yoohyeon yang pertama kali Ia cari bukan Siyeon.
"Jiu-ya..... Aku tahu ini akan jadi sangat sulit bagimu. Tapi kau harus memutuskan antara Siyeon dan Yoohyeon. Hanya salah satu dari mereka yang dapat kau raih"
"T-tapi Handong, bagaimana aku menentukannya??"
"Pertanyaanmu itu harus kau sendiri yang menjawabnya. Kau akan berlari kemana, kau yang memutuskan. Apa kau akan menghilangkannya dari pikiranmu atau memberikan kembali perasaan yang sempat kau putuskan dengannya"
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
Yoohyeon kembali masuk ke dalam toko setelah hampir tiga jam! Terpanggang diluar. Semuanya berlalu begitu cepat. Bagaimana Ia ditarik oleh Sua sampai harus menyanyi sembari bermain gitar demi menarik perhatian orang-orang.
Lihatlah sekarang, dia sudah gosong benar-benar hangus dibakar terik mentari musim panas. Yoohyeon menghela nafas panjang dan duduk di kursi tepat di depan Sua. Wanita itu duduk dengan mata terpejam dan lidah terjulur keluar bagaikan anjing.
"Good enough for your first day"
[Cukup bagus untuk hari pertamamu]
"Yeah yeah you know it's my..... FIRST DAY?!!" Yoohyeon langsung terbangun begitu saja.
[Yeah yeah kau tahu ini..... HARI PERTAMAKU?!!]
"Five times a week, six hours per day. Don't be late or no fee for you"
[Lima kali seminggu, enam jam per hari. Jangan sampai terlambat atau tidak akan ada bayaran untukmu]
"Damn bitch! I never assign this thing?!"
[Sialan jalang! Aku tidak pernah mendaftar untuk hal ini?!]
"Uhu. And I don't need your explanation, so work hard!" Wanita itu berjalan santai kembali ke dalam ruang khusus pegawai.
[Uhu. Dan aku tidak perlu penjelasanmu, jadi bekerja keraslah!]
"UGH!! I don't like smurf anymore"
![](https://img.wattpad.com/cover/215890396-288-k761441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfiction"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...