Yoohyeon terdiam sembari menyetel gitar miliknya. Setelah menikmati makan siang Ia kembali bekerja seperti biasanya. Berusaha menepiskan rasa sedihnya akan kehilangan Jiu dengan menghasilkan uang dan fokus pada kuliahnya. Berpapasan dengan Yoobin sekarang bukanlah hal yang Ia hindari.
Biasa saja, fokus pada diri sendiri tanpa mempedulikan satu sama lain. Setelah mengirim surat itu Yoohyeon menutup diri. Tidak mempedulikan sekitarnya dan hanya fokus membenahi diri. Mungkin Ia penuh kekurangan yang membuatnya kehilangan kedua cintanya.
"Aku tidak tega dengan kondisinya" Sua berucap di telepon sembari melihat Yoohyeon diluar.
"Lalu bagaimana kondisinya saat ini?"
"Dia terlihat menyedihkan. Aku tidak mau melanjutkan ini, aku tidak tega melihatnya harus begini lagi"
"Maka berhentilah! Jangan kau lanjutkan lagi. Siapa yang mengancammu? Beritahu padaku orangnya aku akan mencarinya"
"Tidak! Jangan ikut campur! Aku tidak ingin kau berada dalam bahaya. Biar aku saja yang mengakhiri ini. Entah apa caranya agar aku bisa lepas dari ini tapi yang pasti selama aku belum menyelesaikan ini jangan pernah datang kemari"
"Tapi bukankah kita sudah membuat rencana berkunjung bersama?? Tidak mungkin kita batalkan lagi, kau tahu sendiri bukan??"
"Karena dia mengenalmu" Sua menurunkan pandangannya.
"Apa?"
"Orang yang mengancamku, dia sudah menegaskan padaku bahwa dia tahu soal dirimu. Bahkan dia tidak segan-segan mengatakan bahwa dia bisa saja ada di sekitarmu sekarang"
"Tidak mungkin dia mengenalku Sua-ya. Kalau dia memang mengancammu maka seharusnya aku sudah tahu bahwa aku diawasi oleh pihak lain saat ini"
"Kurasa dia tidak mengincar kita untuk hal yang kau pikirkan. Sepertinya dia punya masalah dengan Yoohyeon secara pribadi dan hanya menjadikan aku sebagai perantaranya"
"Tidak mungkin dia tidak mengincarmu atau aku jika dia sampai berani menjadikanmu perantara Sua-ya! Berani sekali dia mengambil langkah itu!"
"Aku yakin itu! Jadi kau jangan buat hal yang mencolok dan berusaha mencarinya. Biarkan aku yang mengurusnya"
Bora mengusap keningnya merasa pusing dengan semua yang terjadi. Kehidupannya baik-baik saja sampai orang aneh ini memperalatnya. Bora sengaja manahan untuk tidak menganggapnya membahayakan dan membuat kegaduhan.
Anggap saja Ia gegabah karena berani-beraninya menempatkan diri dalam bahaya. Tapi Ia tahu bahwa hal ini akan selesai apabila Yoohyeon kembali ke mantan kekasihnya. Atau setidaknya keluar dari lingkaran orang itu. Ia hanya perlu menjadi perantara dan mengawasi gerak-gerik Yoohyeon.
"Aku benci situasi ini"
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
Yoobin duduk di kelas dengan Minhwan di sebelahnya sedang mencari perhatian gadis-gadis. Yoobin memetik gitarnya sembari mendengarkan lagu melalui earphone-nya. Apakah keberadaan Yoohyeon mengganggunya? Iya, sangat mengganggu.
Hatinya masih penuh dengan ego terhadap wanita itu. Namun disamping itu Ia khawatir karena wanita itu sedang diawasi oleh orang-orang yang berbahaya. Yoobin tidak ingin menurunkan egonya untuk melindungi dari dekat. Seperti pengecut yang hanya bisa menggertak tapi tak berani di serang.
"Hey"
[Hei]
"Call me later ok?" Ucap Minhwan sembari mengedipkan matanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/215890396-288-k761441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Hayran Kurgu"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...