Handong mengerutkan keningnya dan kembali duduk sembari menghela napas panjang. Wajah dinginnya berganti raut cemas yang tampak sangat mengganggunya. Bergantian melihat jam tangan dan jam di layar ponsel sampai Minji yang datang saja tidak Ia pedulikan.
Wanita itu duduk dan memangku wajahnya dengan tangan. Untuk ukuran seorang Handong yang terkenal dingin, sangat cuek, tidak berperasaan, dan elegan saat seperti ini sangatlah langka.
"Kau mengkhawatirkan sesuatu?"
"Begitulah" Lagi-lagi helaan napas itu terdengar.
"Lupakan soal aku, jadi bagaimana dengan Siyeon?"
"Entahlah, bagaimana aku menyebutnya kondisi saat ini diantara kami"
"Situasi yang berjalan sesuai keinginanmu tapi tidak berakhir sesuai harapan?" Tebakan Handong sangat akurat.
"Mu-mungkin begitu. Kami seperti kembali ke awal, mengenang kembali saat awal kebersamaan kami. Lucu juga" Minji menunjukkan senyuman untuk menyembunyikan kesedihannya.
"Lalu apa yang akan kau putuskan? Tidak mungkin kau membuang waktu tambahan ini bukan?"
Minji memejamkan matanya dan membiarkan angin musim panas menerpanya. Rasa hangat yang memeluk tubuhnya akan segera berganti hembusan udara dingin. Daun-daun yang indah bertahan pada ranting rapuh dan akan menjatuhkan diri saat musim gugur.
Pantai yang ramai pun akan perlahan kosong. Pakaian musim panas akan tergantikan mantel tebal. Disaat semua berganti, saat itu juga kah dia akan tergantikan? Atau justru menggantikan?
"Kau tidak cemas dengan dirimu?" Minji mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku? Apa yang perlu aku pikirkan sampai akan membuatku cemas?"
"Status lajangmu"
"Cih! Kau iri dengan status lanjangku?"
"Mungkin? Karena aku berdiri diantara dua rasa yang saling membutuhkan dan dibutuhkan. Saling melengkapi tapi tidak sempurna"
"Kau tahu dalam buku yang aku baca, aku menyukai satu kalimat" Handong membuka sesuatu pada ponselnya.
"Renungkanlah, mungkin ini akan membantumu" Ponsel itu Handong letakkan di dekat Minji.
"Pelan-pelan saja. Aku akan berjalan santai dan kembali membawa camilan"
Minji melirik ponsel temannya bertanya-tanya apa yang ada disana. Namun Ia segera memalingkan wajahnya untuk mengamati Handong yang berjalan menjauh. Entah karena apa wanita itu berhenti dan berbalik seperti hendak memastikan sesuatu.
Menyipitkan mata memberi kode agar Minji tidak mengusik privasinya selagi Ia meninggalkan ponselnya bersama wanita kelinci itu. Wanita itu hanya tertawa kecil dan menatap Handong yangs udah kembali menjauh.
"Semoga beruntung"
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
Yoohyeon memanggul gitar dan sebuah kursi kecil keluar dari toko roti. Memposisikan beberapa benda sebelum Ia memastikan kembali semuanya. Jaket tipis yang Ia kenakan cukup untuk menghalau angin dingin yang kadang berhembus sekaligus tidak membuatnya merasa gerah karena mentari musim panas. Ia datang sangat cepat, lebih dari biasanya.
Yoohyeon mulai memetik gitar dan bernyanyi perlahan. Orang yang lalu lalang dengan cepat meliriknya. Petikan gitar yang mengiris hati dan suara tipis yang terdengar rapuh berhasil menyihir sekumpulan orang. Mereka berhenti, mengerubunginya demi mendengarkan bait selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfic"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...