Minji terduduk diam. Sesaat setelah dia meninggalkan Siyeon begitu saja, hatinya menjadi lebih berat. Suara pelan kekasihnya masih terputar jelas. Meski atmosfer menegangkan itu telah berlalu, tubuhnya tetap gemetar. Jari-jari lentiknya terus bergerak tanpa henti. Rasa takut itu begitu mencekam di bawah terangnya sinar mentari.
Udara terasa gelap dan menerkamnya dibalik sinar putih menyengat. Wanita yang jelas-jelas menaruh perasaan pada seorang wanita yang baru dia temui itu tanpa henti-hentinya berkeringat. Ini posisi yang sulit.
"Aku tidak mengerti......" Minji menenggelamkan wajahnya.
"Jelas sekali aku ingin bersama Siyeon. Tapi kondisi seperti ini justru membuatku terus berlari menggapai Yoohyeon"
Suara serangga musim panas menemaninya dalam lamunan menyakitkannya. Dia butuh seseorang, untuk dia bersandar dan menumpahkan segalanya.
Namun bukan Siyeon. Siapa saja walau sementara, Minji ingin dia membuang beberapa waktunya ke depan untuk mendengar ceritanya.
"Kau tidak apa-apa?" Minji mengangkat wajahnya.
"Baiklah.... Jelas sekali kau tidak baik" Handong mengkerutkan keningnya.
"Eheum...! Segelas kopi? Aku traktir"
Handong mengusap pelan pundak Minji. Membiarkan temannya itu menyandarkan kepala yang penuh pemikiran itu di pundaknya. Meski sedikit nyeri karena keadaan ini sudah berlangsung sekitar tiga puluh menit, Handong tidak mengeluh. Dia sibuk dengan ponselnya karena Minji memilih bungkam.
Sesekali menyeruput kopinya, Minji kembali melamun. Otaknya menghadirkan bayang Yoohyeon di hadapannya sekarang. Tersenyum manis mengusap lembut telapak tangannya dan membisikkan kata-kata cinta yang terdengar jelas olehnya.
"Aku menebak satu dua hal. Tapi aku tidak akan mengatakannya. Jadi, apa yang terjadi?"
"Menurutmu, apa yang aku lakukan ini salah?" Tanya Minji perlahan.
"Katakan inti permasalahannya"
"Apakah salah jika diriku milik seseorang tapi hatiku, kuberikan kepada orang lain?"
Handong terdiam sesaat. Dia memikirkan kata-kata yang bagus untuk dia ucapkan.
"Untuk mempertahankan seseorang yang kau miliki, kalian harus saling memahami. Kalian harus mengerti. Pandangan yang berbeda bukanlah masalah ketika kalian bisa menemukan cara agar tidak ada yang terluka. Jika salah satu terluka, bukan hanya dia sendiri yang harus sembuh. Kau juga harus membantunya. Sifat egois kalian tidak akan membuahkan apa-apa kecuali rasa sakit, salah paham, dan mungkin berakhir perpisahan"
"Aku tidak mengerti Handong-a...... Siyeon selalu memenuhi hari-hariku. Tapi aku merasa dia melewatkan satu tempat dari diriku. Mungkin aku merasa Yoohyeon mengisi tempat itu"
"Kau tahu Minji-ya...... Seseorang bisa dengan mudahnya jatuh cinta, dari pandangan pertama. Seseorang juga bisa jatuh, karena pandangan pertama. Ada yang jatuh cinta karena rasa nyaman dan ada yang pergi mencari rasa nyaman. Datang karena percaya dan meninggalkan karena terkhianati. Semua dalam cinta terjadi semudah itu. Cara pikir dan kepribadian seseorang yang membuat semuanya sulit"
"Lalu bagaimana aku menyelesaikan ini? Bisakah masalah ini selesai dengan aku mengaku salah dan berhenti?"
"Kau mengenal kekasihmu. Kau tahu bagaimana dia. Sekali pun semuanya butuh waktu untuk pulih, tidak ada yang salah dari meminta maaf dan kembali memperjuangkan"
O_O_O_O_O_O_O_O_O_O_O
![](https://img.wattpad.com/cover/215890396-288-k761441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer to Autumn
Fanfic"Permisi..." "Ada apa?" "Apa, kau punya ponsel?" "Tidak punya" "Apa, kau ada waktu sebentar?" "Aku tidak punya" "Kalau begitu, mau jadi sahabat pena denganku?" "Baiklah" Yoohyeon harus kembali ke Korea Selatan karena masalah lama yan...