4. SURAT

13.5K 1.4K 68
                                    

"Karang jangan nakal ya, jangan main ke dapur. Kalau mau pipis, Karang ke kamar mandi oke? Kalau haus atau laper, Mommy udah siapin semuanya di atas meja, oke?"

"Oke Mommy!" Karang berucap riang.

"Jangan nakal, gak usah keluar apartemen," pesan Atlantik cuek.

"Siap Daddy! Daddy hati-hati di jalan ya." Atlantik hanya mengangguk.

"Yaudah kalau gitu, Mommy berangkat sekolah dulu. Dadah!" pamit Alea sambil melambaikan tangan.

Karang juga balas melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar, yang sukses membuat matanya jadi menyipit. Merasa sudah cukup perpisahan sementara ini, Atlantik menarik tas Alea dan membawanya pergi.

"At, kamu tau nggak, kalau Alana udah pulang berobat dan sekarang sekolah?" Alea memberanikan diri membuka topik pagi itu di lift apartemen.

"Serius lo?" Wajah Atlantik berubah sumringah.

"Iya. Kemarin dia chatt aku lewat hp mamahnya."

"Ck, gue kangen banget sama dia gila!" Atlantik bergerak gusar di tempatnya, seolah tak sabar ingin keluar dari lift dan pergi ke sekolah menemui Alana.

"At, kamu suka ya sama Alana?" tanya Alea. Padahal, sudah terlihat jelas bukan bahwa Atlantik menyukai Alana?

"Bukan urusan lo, gak usah kepo sama perasaan orang," jawab Atlantik galak. Tak suka sekali dengan pertanyaan dari Alea.

***

"Kenapa celananya bisa ketat kayak gini? Gak ada celana lain lagi, atau sengaja mau pamer body?" Samudra mencegat beberapa murid yang hendak masuk ke area sekolah.

Sebagai ketua OSIS, jelas Samudra Bratadika Negara, punya kewajiban merapihkan seluruh warga sekolah. Baik dari penampilan dan sikap.

"Dan lo, kenapa pakai tali sepatu warna hijau neon gitu? Gak ada warna hitam yang lebih kalem, hah?" tunjuk Samudra pada salah satu murid lainnya.

"Lo juga, rambut udah gondrong masih aja dipelihara. Mau gue yang cukur atau tukang cukur?" Omongan pedas Samudra pagi itu, tak pelak membuat Samudra jadi bahan tontonan beberapa murid yang baru saja datang.

"Lo bertiga, temui gue di ruang OSIS jam istirahat nanti. Pergi sekarang!"

"Iya Sam." Mereka bertiga pergi terburu-buru. Hal apes rasanya bertemu Samudra, si tukang razia dadakan. 

Samudra melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Cowok berlesung pipi itu, seperti menunggu seseorang di gerbang sekolah. Sapaan dari adik-adik kelasnya ia abaikan begitu saja. Bahkan sempat ada yang hendak melontarkan kata-kata godaan padanya, namun karena Samudra melemparkan tatapan dingin membekukan, mereka jadi ciut.

Sekitar 5 menit menunggu, akhirnya apa Samudra tunggu datang. Dari kejauhan, Samudra bisa melihat seorang gadis dikepang satu dengan kacamata bulat yang bertengger di pangkal hidungnya tengah berjalan. Namun sebelum gadis itu berhasil mendekati gerbang, sebuah motor ninja menyalip langkahnya membuat Samudra berteriak.

"Alea awas!" teriak Samudra.

Untungnya, Alea cepat berarak ke pinggir. Jika tidak, dia akan pasti akan keserempet atau naasnya bisa ketabrak. Ternyata oh ternyata, orang yang mengendarai motor ninja dengan ugal-ugalan itu Atlantik. Alea sadar, bahwa sepertinya Atlantik sengaja. Sesuai dengan slogan hidupnya: Tiada hari bahagia, tanpa membuat Alea menderita.

Atlantik memarkirkan motornya di parkiran khusu yang ia buat sendiri. Tanpa sadar, Samudra Bratadika Negara yang merupakan adik kandungnya itu menghampiri. Dengan gerakan kasar, Samudra menarik tas belakang Atlantik membuat Atlantik berbalik badan.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang