7. DIKEJAR RAZOR

10.1K 1.2K 66
                                    

Paginya, Atlantik menjalankan aktivitas seperti biasa untuk siap-siap ke sekolah.  Pemuda itu bangun lebih pagi dari biasanya, tujuannya yaitu untuk mengecek Alea. Dibukanya tirai putih tulang di hadapan, berganti dengan pintu kaca setelahnya. Atlantik melihat Alea tertidur dengan tubuh menggigil hebat.

Dengan kedua alis yang bertubrukan bingung, Atlantik langsung menghampiri sosok Alea. Ia berjongkok, menatap gadis itu dan meneliti apa yang terjadi dengannya.

"Hiks, dingin, sakit, tolong ...."

Walaupun tengah memejamkan mata, Alea meracau dengan tubuh kian menggigil hebat.  Atlantik sedikit tergerak hati untuk mengecek, pemuda itu menempelkan punggung tangannya ke kening Alea. Merasakan keningnya, serta bagian tubuhnya yang lain sedingin es. Wajah yang memucat, bibir yang kering membiru, menegaskan bahwa benar Alea kedinginan hebat.

"Alea!" panggil Atlantik sambil menepuk-nepuk pipi gadis itu.

Tak ada sahutan yang baik, selain racauan. Tanpa banyak pikir, Atlantik menggendong Alea dan membawanya masuk. Atlantik menyimpan tubuh Alea di sofa, membuka tirai lebar-lebar agar cahaya matahari masuk menerpa wajah dinginnya.

"Hiks, dingin ...."

"Lea, tahan Lea," panik Atlantik. Berlari ke arah lemari besar, dan mengambil selimut tebal miliknya untuk membalut tubuh Alea.

Atlantik membebat tubuh Alea tanpa celah sedikitpun. Pemuda itu, berlari ke arah dapur mengambil air hangat di wadah serta kain kecil untuk mengompres. Untungnya, air hangat bersumber dari dispenser jadinya tak perlu menunggu waktu lama. Buru-buru, Atlantik kembali pada Alea. Duduk di bawah sofa sambil memeras kain putih kompres dan menyimpannya di kening Alea.

Bibir Alea bergetar hebat, membuat Atlantik ... merasa bersalah. Semua ini terjadi, karenanya.

"Daddy?" Suara serak-serak khas bangun tidur, yang memanggilnya di belakang, membuat Atlantik memutar kepala.

Dilihatnya, Karang sudah bangun dari tidurnya. Bocah itu mengucek-ngucek matanya dan perlahan turun dari ranjang menghampiri Atlantik.

Karang menatap bingung Alea, lalu menatap Atlantik dengan tanda tanya.

"Mommy kenapa Daddy?" tanya bocah itu.

"Alea sakit," jawab Atlantik.

"Alea?" bingung Karang.

"Mommy sakit." Atlantik mengganti ucapannya dengan setengah minat.

"Mommy ...."

Karang duduk di bibir sofa, memeluk Alea dengan mata memanas. "Mommy bangun, ayo cembuh!!"

"Lea, bangun." Atlantik menepuk-nepuk pipi Alea. Masih tak respon ataupun pergerakan, bahwa gadis itu akan bangun, akhirnya Atlantik lebih memilih kembali mengopres kening gadis itu.

Tidak hanya itu, Atlantik juga menggosokkan kedua tangan kekarnya lalu menempelkannya di kedua pipi Alea. Kegiatan itu, Atlantik lakukan terus menerus. Tak peduli dengan jarum jam yang terus bergerak, menegaskan bahwa ini sudah siang dan harusnya dia berangkat ke sekolah. Namun sayang, Atlantik tak peduli akan hal itu. Fokus dan perhatiannya hanya untuk Alea.

"Mommy," panggil Karang.

Kayaknya Alea setengah sadar, ini pasti karena dia kedinginan banget. Atlantik mendongak sambil mengigit bibir bawahnya kuat. Entah kenapa, rasanya sangat merasa bersalah. Padahal, biasanya saja tidak.

Bermenit-menit lamanya dikompres, akhirnya Alea bangun. Membuka matanya lamban, sambil bergerak pelan, Karang berteriak girang, membangunkan Atlantik dari lamunannya.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang