6. DISIKSA

11K 1.3K 32
                                    

Di atas ring tinju, Atlantik serta Skala sudah berdiri berhadapan dengan boxing gloves yang sudah terpasang di kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di atas ring tinju, Atlantik serta Skala sudah berdiri berhadapan dengan boxing gloves yang sudah terpasang di kedua tangannya. Kedua pemuda yang sama-sama bertelanjang dada itu saling menatap. Tatapan penuh amarah. Di tribun penonton, tak ada siapapun. Hanya ada satu orang wasit, yang akan memimpin berjalannya boxing ini.

"Yang kalah, harus ikuti semua perkataan yang menang. Gimana?" Skala memberikan penawaran.

"Gue gak takut, silahkan aja." Atlantik menerimanya dengan angkuh.

"Oke." Skala mematahkan lehernya ke kanan-kiri.

Wasit yang berdiri di tengah-tengah mereka sudah siap beraba-aba, memulai adu boxing di atas ring malam ini. Dalam hitungan tiga detik, adu boxing atau tinju pun dimulai. Kedua lawan itu memutari ring sebelum mulai menyerang. Baik Atlantik, maupun Skala mencari-cari celah serta mengatur strategi untuk melawan. Karena pada dasarnya, tinju bukan sekedar adu kuat di atas ring. Percaya atau tidak, di dalam olahraga yang satu ini, teknik atau strategi lebih penting dibanding kekuatan.

Atlantik maju sambil merendahkan kepala dan bahu hingga membentuk angka delapan. Teknik yang Atlantik gunakan adalah teknik  bob dan weave. Atlantik menumpukkan berat badannya pada kaki depan, lalu meluncurkan  pukulan sekuat tenaga di sisi kanan. Perlawanan Atlantik tak berhenti disitu, karena Atlantik memukul Skala dari sisi sebaliknya. Atlantik melakukan pukulan secara bertubi-tubi.

Skala tak mau kalah, ia juga mulai melawan. Saat pukulan dari Atlantik datang lagi, Skala memundurkan kedua bahu dan kepalanya, guna menjauhi dan menghindari semua pukulan yang datang sambil menunggu celah yang tepat untuk menyerang balik. Plus, bahu kirinya yang lebar akan menangkis semua pukulan yang masuk.

Atlantik terus maju dengan agresif. Dia tidak serta merta maju tanpa pikir. Atlantik maju sambil bertahan dengan teknik peek-a-boo. Teknik ini, mendapatkan nama karena posisi  tangan selalu saja rapat di hadapan wajah Atlantik. Guna menutup semua celah pukulan lawan. Sambil menyembunyikan separuh kepalanya di balik sarung tinju, Atlantik bergerak ke kanan-kiri, mengecoh serta mengayun Skala.

Hingga tak lama ....

Pukulan Atlantik masuk, menerobos pertahanan yang Skala buat. Atlantik memukulnya bertubi-tubi, membuat Skala lumpuh di atas ring tinju.

Atlantik tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Ia langsung mengukung tubuh Skala, memiting kedua tangannya di belakang tubuh. Skala jelas tak tinggal diam, ia melakukan pemberontakan guna melawan. Dia mencapit kedua kaki Atlantik, membalikkan tubuh pemuda jangkung itu, membuat posisi keduanya kini ... clinch.

Clinch, merupakan posisi dimana kedua petinju, Atlantik dan Skala saling menempelkan badan atau memeluk. Mereka mengeluarkan banyak kekuatan, serta teknik untuk bisa saling melumpuhkan.

"Ada hubungan apa lo sama Alea, hah?" tanya Atlantik dengan napas memburu. Terus memiting kedua tangan Skala.

"Bukan urusan lo, Atlantik Bratadika Negara!"

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang