43. ALEA KORBAN?

11.4K 1.1K 43
                                    

Keesokan harinya ...

Bel masuk sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, namun Alea sama sekali tak datang ke sekolah. Pagi-pagi sekali, Atlantik bersama Samudra patroli di kelas Alea, menunggu gadis itu, namun ... sampai bel masuk tiba, gadis itu tak ada.

"Eh, kalian semua tau gak? Semalam, ada kejadian tragis. Anak SMA diperkosa, terus dibunuh gitu aja, mayatnya dibuang ke kali!"

Baru saja masuk, daun telinga Atlantik harus disuguhi dengan gosipan Sappan. Siapa lagi biang gosip anak IPS terbelakang, jika bukan Sappan.

Melangkah lebar, Atlantik tiba-tiba menggebrak meja Sappan, membuat atensi beberapa murid tertuju padanya. Sappan terkejut, sangat.

"Kenapa, At?" tanya Sappan.

"Ulang kata-kata lo tadi!"

Sappan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Yang ... semalem, ada kejadian tragis?"

Atlantik mengangguk, matanya haus penjelasan.

"Oh jadi gini, At, semalam itu di kawasan deket halte daerah sini, ada anak SMA yang diperkosa, dan langsung dibunuh, mayatnya ditemukan di pinggir kali. Menurut informasi yang gue dapet sih, kejadiannya pas hujan besar. Menurut CCTV, anak SMA itu berteduh di halte, terus ... ada anak cowok berhenti pake motor, dan disitu mereka pergi. Kayaknya sih, mereka saling kenal, cuma ... mungkin si cowoknya lagi kalap, makanya perkosa terus bunuh si cewek." Sappan bercerita panjang.

Ziko dan Galang hanya bergidik ngeri membayangkan apa yang Sappan ceritakan.

"Parah banget tuh cowoknya," komentar Galang.

Atlantik diam seribu bahasa.

Pikiran-pikiran buruk mulai hinggap di kepalanya.

Apa itu ... Alea? Nggak, nggak! Nggak mungkin Alea! Bergerak gusar, Atlantik mulai membatin hal tidak-tidak. Kini, Atlantik mulai dilanda ketakutan. Takut apa yang dipikirkannya kejadian.

Dengan perasaan kalang kabut, Atlantik pergi begitu saja dari kelas. Bolos sekolah untuk hari ini jadi pilihan. Atlantik akan mencari Alea. Atlantik tak akan membiarkan Aleanya pergi. Aleanya harus kembali, dan Atlantik akan memperbaiki semua yang telah terjadi.

"Lo gak boleh pergi, Le. Gue butuh lo, Karang juga butuh lo ...."

***

"Skala!" Samudra berteriak memanggil pemuda di depannya.

Skala menghentikan langkah, lalu berbalik badan. Kedua alisnya sedikit menukik bingung, karena Samudra memanggilnya. Entah ada angin apa, Skala pun tak tahu.

"Ada apa?" tanya Skala langsung, sambil melipat lengan jaket sampai siku.

"Lo tau dimana Alea?"

Pergerakan tangan Skala terhenti. "Maksud lo?"

Samudra meringis kecil. "Gara-gara, perihal pencurian dompet waktu itu, yang dimana ... ternyata Atlantik tersangkanya, Alea gak pulang ke apartemen."

"Ya ampun, Le." Wajah Skala langsung cemas mendengar kabar itu. "Gue gak tau sama sekali kalau Alea nggak pulang, kemarin di kelas dia diem aja, terus pas balik sekolah juga dia buru-buru. Gue pikir, Alea gak akan senekat ini."

"Gue juga mikir, Alea nggak akan senekat ini, sampai nggak pulang. Ternyata kenyataan berbanding terbalik. Dia nggak pulang. Mungkin, karena udah merasa kecewa banget sama Atlantik," balas Samudra.

"Kakak lo tuh emang hobi banget bikin Alea menderita!" sebut Skala.

Samudra diam, tak menentang, karena ... itu benar menurutnya.

"Gini aja Sam, gimana pas balik sekolah nanti, kita cari Alea bareng?" saran Skala.

"Boleh, balik sekolah gue tunggu di parkiran," ucap Samudra setuju, Skala hanya balas mengangguk.

***

Gara-gara vidio bernyanyi Atlantik, Samudra, dan Skala di upload ke situs web sekolah. Nama SMA URANUS jadi trending. Banyak komentar positif di postingan tersebut, banyak juga yang mendoakan bahwa band mereka sebaiknya comeback saja.

"Liat Sam, banyak yang komen katanya suara lo paling bagus!"

"Tuh, tuh, ada yang komen lagi, katanya lo cool banget!"

Samudra hanya diam, tidak memperdulikan ucapan teman-teman sekelasnya yang tak henti-hentinya melapor perihal komentar positif dari banyak orang.

"Eh ada berita hot nih, katanya ada anak SMA yang diperkosa terus dibunuh, parahnya lagi mayatnya dibuang ke kali. Katanya sih, dia anak SMA kita, tapi ... nggak tau juga sih."

Kalimat gosipan dari para murid perempuan di belakang, membuat Samudra menghentikan gerak tangannya di atas buku. Telinganya kini mengembang awas, mendengarkan semua gosipan dari murid perempuan itu.

"Iya bener, parah banget ya kan, makanya kita free class sekarang tuh, guru-guru lagi usut kasus ini. Kalau bener, korban pemerkosaan serta pembunuhan itu murid sekolah kita, kira-kira siapa ya?"

Deg! Perasaan Samudra mulai tak enak. Bayang-bayang Alea di kepalanya, berhasil terpintas terus menerus. Dengan bergegas, Samudra tiba-tiba melenggang pergi dari kelas. Mengabaikan semua pertanyaan yang terlontar dari teman-temannya di belakang.

***

Atlantik mengebut di jalanan. Jarum spidometer motornya terus bergerak melewati angka batasan disana.  Beberapa klakson dibunyikan, sebagai bunyi teguran namun itu ia abaikan.

Alea.

Hanya Alea yang ada di pikirannya. Di balik helm fullface-nya, mata Atlantik berkaca-kaca. Membuat pandangannya memburam. Menancap gas motornya, Atlantik dengan sengaja memepet sebuah mobil truk, hendak menyalip.

Tiiiddddd!!!!

Si pengendara mobil truk sudah memencet klakson untuk memperingati, namun dengan sengaja ... Atlantik menyalip dan ...

BRAK!

Kecelakaan tak dapat dihindari. Tubuh Atlantik terpental, setelah sempat sebelumnya membentur badan truk. Motor ninjanya hangus tergeleng ban truk. Sementara, tubuhnya kini terhempas hingga membentur badan jalan. Dengan keadaan bersimbah darah, Atlantik sukses jadi bahan tontonan.

Dengan mata yang mulai menutup perlahan, dan dengan rasa sakit yang menghujam, Atlantik masih sempat bersuara.

"A-lea ... gue cin-ta lo ...." Mengembuskan napas berat, Atlantik perlahan menutup mata.

***

Samudra melangkah lebar di lorong rumah sakit. Setelah mendapatkan kabar, bahwa korban pemerkosaan serta pembunuhan yang merupakan salah satu murid di SMA URANUS, masih berada di rumah sakit untuk di otopsi jenazah.

Deg!

Samudra menghentikan langkahnya, saat melihat para guru yang dikenalnya duduk di sebuah kursi tunggu. Tak segan, Samudra langsung ikut bergabung, duduk di samping wali kelasnya.

"Bu, apa benar korbannya anak SMA Uranus?" Tanpa basa-basi, Samudra langsung bertanya pada wanita paruh baya di sampingnya.

"Iya, Sam. Mukanya gak bisa dikenali, sudah acak-acakan, sepertinya ... pelaku itu sengaja merusak wajahnya. Yang ibu lihat tadi, rambutnya sepunggung, kulitnya kuning langsat."

Samudra mengembuskan napas berat. Ia menjambak rambutnya kuat.

Kenapa? Ciri-cirinya kayak Alea? Gak, gak mungkin Alea. Nggak!

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang