18. KONSELING

8.8K 1.1K 85
                                    

Selesai menuliskan balasan surat, serta meminjam dua buku novel dari perpustakaan, Alea langsung keluar. Berjalan dengan santai hendak menuju lorong utama sekolah, yang itu tandanya sebentar lagi dirinya akan keluar area sekolah. Namun, hal tak terduga terjadi.

Karena saat di belokan lorong, tiba-tiba Alea dihadang Marsya.

Deg! Terkejut bukan main, Alea langsung berbalik badan berusaha kabur, namun ... dua teman Marsya rupa-rupanya sudah mencegat. Kembali berbalik badan menghadap Marsya, Alea menampakkan raut biasa saja. Ia berusaha untuk tidak takut.

"Heh cupu! Lo aduin gue ke Bu Seka, hah?!" Marsya mulai berbicara. Seperti biasa dengan nada suara yang selalu saja tinggi. "Lo nantangin gue, hah?!"

"Kalau iya kenapa?" Alea menatap Marsya dengan berani. "Perundungan yang kamu lakuin emang pantas aku aduin ke Bu Seka, atau seharusnya aku aduin ke pihak polisi, mau kamu, Sya?" tantang Alea.

"Lo sekarang berani sama gue, hah?!" bentak Marsya.

"Kenapa nggak? Sekarang aku gak akan jadi Alea yang lemah lagi! Aku akan lawan kamu, sebisa aku!"

"BANGSAT!" Marsya terpekik, sudah mengangkat tangan hendak menampar Alea namun ...

Alea menahan tangan Marsya. Memelintirnya membuat Marsya terpekik kesakitan, dan terakhir, Alea menghempaskan tubuh Marsya ke lantai dengan kasar.

Dua teman Marsya, berlari. Menolong Marsya, sementara Alea pergi begitu saja tanpa rasa bersalah. Toh, itu memang pantas Marsya dapatkan, bahkan sebenarnya itu saja tak sebanding.

"Di pelintir aja menjerit kesakitan. Kalau aku tau, Marsya selemah itu, dari dulu aku pelintir aja tangannya," gumam Alea. Menyesal sekali rasanya, dari dulu dia diam dengan semua perundungan yang Marsya lakukan.

***

Alea baru saja membuka pintu apartemen, tapi ia langsung disambut teriakan Atlantik. Pemuda itu tampak semringah, berlari kecil ke arah Alea, dan memeluknya. Alea membeku ditempat, di pelukan Atlantik lebih tepatnya.

"ALEA ANJIR! GUE SENENG BANGET SAMA FOTO YANG LO KIRIM TADI, ANJIR! ALANA BENERAN PAKE GELANG YANG SAMA, KAYAK GUE! DIA BENER-BENER KASIH SINYAL ANJIR!" heboh Atlantik sambil terus memeluk Alea erat.

Kedua tangan Alea masih menggantung di samping tubuhnya sendiri. Hingga tak lama, tangannya itu hendak naik, balas memeluk Atlantik namun ...

"Eh anjir, kenapa gue meluk lo!" Atlantik buru-buru melerai pelukannya, bahkan Alea saja belum sempat balas memeluk pemuda itu. "Aduh, aduh, gue harus mandi pake air kembang tujuh rupa karena udah meluk lo, Le!" gerutunya sambil membersihkan badan.

Alea tak mengatakan apapun, ia melangkah melewati Atlantik, lalu menghampiri sosok Karang yang rupa-rupanya tengah menggambar di kertas HVS di atas meja.

"Mommy pulang, yeayy!!!" Karang bersorak senang, membuat Alea duduk di sampingnya kini.

"Wah, Karang gambar apa ini??"

"Atu gambal Daddy Atik, Mommy Alea, sama Karang!" Ia memperlihatkan hasil gambarnya yang sedikit acak-acakan namun terlihat lucu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang