31. NYESEK

9.5K 1K 107
                                    

09.02 APARTEMEN ATLANTIK.

Alea menghela napas lelah, sesaat pintu apartemen terbuka. Kacau balau, begitulah kondisi yang ada.

"Tolong beresin ya, Le. Makasih." Tanpa dosa, Atlantik sedikit nyengir terpaksa. Membawa Karang yang tertidur di gendongannya, dan menyimpannya di sofa.

Alea mulai masuk mengikuti Atlantik, mengedarkan ke segala penjuru, melihat banyaknya pecahan kaca berceceran.

Alea berjongkok, mengambil sebuah bingkai foto yang pecah. Bingkai foto berisikan gambar diri Atlantik. Alea mengambil fotonya, melipat dan menyimpannya ke dalam kantong baju. Lalu, mulai membersihkan pecahan kaca yang memenuhi lantai.

"Aww! Akh!" Alea terpekik saat pecahan kaca kecil menancap dan melukai jari manisnya.

Atlantik langsung menghampiri Alea dan berjongkok, menarik tangan Alea dan langsung menyesap darah di jari telunjuk gadis itu.

Atlantik menyesapnya kuat-kuat, lalu melepeh darah di ujung lidahnya, ia terus melakukan aktivitas itu sampai darah di jari manis Alea kini tak lagi keluar.

Alea diam terpaku, hanyut dalam perlakuan manis Atlantik.

"Masih sakit, nggak?" tanya Atlantik, membuyarkan ilusi semata Alea.

"Udah nggak," jawab Alea kikuk. Menarik tangannya dari Atlantik, dan menggeser menjauh.

Tak tinggal diam, karena Alea menjauh. Atlantik bergeser mendekat, ia memajukan wajahnya ke daun telinga Alea. "Sama-sama," bisiknya, memikat.

Sekujur tubuh Alea meremang dibuatnya. Ia menoleh pada Atlantik, sambil memegangi daun telinganya.

"Makasih," katanya jutek.

"Le, gue di tato tau, mau liat nggak?" ujar Atlantik tiba-tiba.

Alea menoleh walaupun dengan setengah tidak minat. "Mana?"

Atlantik melipat lengan bajunya hingga siku, mempertunjukkan sebuah hasil karya tato yang ia buat dari sayatan pecahan kaca.

Mata Alea membulat sempurna detik-detik menggelinding, melihat sayatan membentuk namanya tercetak jelas di lengan Atlantik.

"KAMU GILA?!" Alea jadi terpekik, sorot matanya menyorot Atlantik tak habis pikir.

"Iya, gue gila," aku Atlantik.

Alea geleng-geleng kepala.

"Gue gila karena lo," lanjutnya.

"Gak usah bikin aku baper, kalau gak bisa tanggung jawab." Alea mendengkus sebal, beranjak berdiri diikuti Atlantik.

"Lo emang baper, ya?" tanya Atlantik saat dirinya dan Alea sudah berdiri.

"Pikir aja sendiri," sinis Alea berusaha melangkahkan kakinya pergi, namun Atlantik menerjang tubuhnya dan memeluknya dari belakang.

Grep!

Mata Alea terpejam, kaget. Mati-matian ia menahan diri agar tidak bergetar. Dipeluk Atlantik dari belakang rasanya ... ah, Alea tidak bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang.

"Lo masih marah sama gue, hm?" Atlantik mengeratkan pelukannya, menyimpan kedua tangannya melingkar di perut Alea.

Tidak hanya itu, Atlantik juga menyimpan dagunya di pundak Alea.

"At, bisa lepas gak? Kalau Karang liat, malu At," cicit Alea pelan, persis berbisik.

"Karang lagi tidur, Le. Kenapa emangnya? Gak suka dipeluk cowok ganteng, hm?" Atlantik menoleh, membuat Alea buang muka ke arah lain.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang