38. SATU REGU

7K 901 68
                                    

Tubuh Alea terus menggigil hebat. Walaupun dua handuk sudah menyelimuti tubuhnya, tetap saja hawa dingin menembus pori-pori tubuh. Atlantik terus menggosokkan kedua telapak tangannya, untuk disimpan ke pipi dan leher Alea. Walaupun, hanya sedikit memberikan efek hangat, Atlantik terus melakukan itu secara berulang.

Tak lama, Samudra datang setelah beberapa menit pergi untuk membuat teh hangat. Sesampainya di samping Alea, Samudra langsung membantu Alea meneguk teh hangat buatannya.

"Mending kalian berdua pulang deh, biar gue aja yang gantiin hukuman kalian," ucap Samudra.

"Ng-gak Sam, jangan," sahut Alea dengan suara bergetar.

"Tapi Le, gue gak mau lo kedinginan terus menerus kayak gini. Gue gak mau lo sakit. Terlebih, jahitan lo aja belum kering, terus sekarang basah kena air. Mending lo balik sama Atlantik. Ini juga udah sore, kasian Karang sendiri," ujar Samudra.

Atlantik yang bersimpuh di hadapan Alea pun, kini bangkit. Pemuda basah kuyup, itu menggendong Alea tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.

Tapi Alea tak meronta, ia menerima bantuan Atlantik, karena memang ia tak sanggup berjalan. Tubuhnya benar-benar lemas.

"Gue bawa Alea balik, makasih Sam." Atlantik pamit, meninggalkan Samudra sendirian di area swimming pool sekolah.

Sambil memegang gelas berisi teh hangat, Samudra menatap nanar kepergian Atlantik yang menggendong Alea.

"Semoga, lo nggak kenapa-napa Le. Gue gak mau lo sakit. Sehat-sehat terus ya, cantik." Samudra bermonolog.

***
19.02 APARTEMEN ATLANTIK.

"Asik, Daddy Itik beli martabak!" Karang tepuk tangan gembira, saat tibanya malam, Atlantik membelikan bocah itu martabak keju spesial.

Alea yang tengah mengerjakan pr bersama Samudra hanya bisa tersenyum di kejauhan. Ia tak menyangka, bahwa Karang dan Atlantik akan sedekat ini sekarang.

"Ini, coba." Suara Samudra membuat atensi Alea langsung terfokus padanya.

Samudra memberikan sebuah soal matematika pada Alea. Dengan senang, Alea menerimanya.

"Oke, aku kerjain dulu." Alea mulai mengkotret angka demi angka, demi menemukan sebuah jawaban. Beberapa detik kemudian ...

"Selesai!" Ia memberikan kertas tersebut pada Samudra.

Samudra memeriksanya dengan teliti, lalu tersenyum karena jawabannya benar.

"YESSS!" Alea bersorak senang. "Karena aku berhasil jawab semua dengan benar, jadi ... sekarang kamu nggak marah lagi, 'kan?" Alea menopang dagunya dengan sebelah tangan di atas persegi tersebut.

"Iya, nggak marah lagi kok," kata Samudra.

"Asyik!" Alea tersenyum lebar.

Kayaknya, Alea sama sekali nggak inget deh, kalau Atlantik tadi kasih dia napas buatan.

"MARTABAK KEJU! MARTABAK KEJU!" teriak Atlantik cosplay jadi tukang dagang.

Pemuda itu duduk di tengah-tengah Alea dan Samudra. Mendempet bak di tempat sempit padahal jelas-jelas tempat luas. Alea sedikit bergeser agar tidak terlalu dekat dengan Atlantik. Gadis itu diam, menatap Atlantik yang tengah asyik makan martabak.

"Lo mau ngasih martabak, atau cuma mau gangguin gue sama Alea?" tanya Samudra dingin.

"Ngwasih nwih!" Sambil mengunyah, Atlantik bicara. Dia menyodorkan sepiring martabak pada Samudra. "Lo mau?" tawar Atlantik, pada Alea.

Alea mengangguk. "Tapi, jangan ada kulit yang luarnya At."

"Udah dikasih, malah request lagi," cibir Atlantik. Kebiasaan Alea makan martabak adalah, tidak suka ada kulit luarnya. Atlantik yang tahu itu sejak dulu, langsung memisahkan kulit luar martabaknya.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang