"Sam, lo kapan balik? Udah mau jam lima nih, gerbang sekolah bentar lagi ditutup." Suara Rio, selaku anggota OSIS menginterupsi kegiatan Samudra.
"Nanti, gue mau revisi proposal buat camping dulu." Tanpa menoleh, Samudra melanjutkan kegiatannya dengan tenang.
Jemarinya dengan lihai, mengetikkan satu persatu huruf yang dirangkai menjadi kalimat. Sesuai dengan permintaan Atlantik, perihal acara camping, Samudra kini mulai membuat proposal yang akan ia ajukan pada pihak sekolah.
***
"Ya ampun, kalung aku mana ya?" Alea bergerak gusar di apartemen. Baru sadar, bahwa kalungnya tak lagi ada di lehernya.
Sialnya, dia baru sadar sekarang.
"At, kamu liat kalung aku nggak? Kalung pemberian kamu," tanya Alea pada Atlantik yang kini tengah menonton film kartun dengan Karang.
"Nggak, seingat gue pas di puskesmas sama taman, lo nggak pake kalung," jawab Atlantik. Sedikit mengingat.
Alea menggaruk tengkuknya. "Apa jatuh di sekolah, ya? Di markas kamu?"
"Mungkin," sahut Atlantik menghendikan bahu. "Lo gimana sih Le, itu kalung pemberian gue kok diilangin? Kalau gak mau, balikin aja ke gue, biar gue jual ke toko emas!"
"Lho, bukannya kata kamu, itu kalung beli di tukang jepitan?" bingung Alea.
"Gue bohong, itu tuh kalung emas. Gue beli bareng pas gue beli cincin dan kalung buat Alana!"
Alea diam dengan perasan resah, dan rasa bersalah karena berlaku ceroboh. Dengan segera, Alea pergi keluar apartemen. Mengabaikan banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut Atlantik.
***
17.15 SMA URANUS.
Dewi keberuntungan sepertinya tengah berpihak pada Alea. Tak sia-sia, dia berlari sekuat tenaga. Semua perjuangannya terbayar, saat gerbang sekolah masih terbuka. Dengan segera, Alea masuk tanpa banyak kata. Mengabaikan teriakan pak satpam yang bertanya.
Walaupun suasana sekolah hening, dan sepi, Alea sama sekali tak takut. Ia harus menemukan kalung pemberian Atlantik.
Samudra merasakan hal janggal, ia melihat sepintas ada yang berlari di luar ruang OSIS. Berdiri cepat, Samudra mengecek keluar. Di lorong ujung, Samudra melihat sosok gadis dengan rambut kuncir satu tengah berlari dan masuk ke salah satu ruangan paling belakang.
"Siapa dia? Berani banget ke area belakang sekolah, sore-sore gini?" Penasaran, Samudra berlari mengejar.
Alea langsung masuk ke ruang markas ARVENSIS yang gelap gulita. Pelan-pelan, dia mencari-cari saklar lampu, dan saat sudah mendapatkannya, ia langsung menyalakan lampu. Dilihatnya ke sekeliling, Alea mencari-cari keberadaan kalungnya.
"WOY!"
Deg! Alea menghentikan langkahnya, jantungnya berpacu cepat. Pelan-pelan, ia berbalik badan dan ...
"Sam?"
"Alea?"
Keduanya saling tunjuk. Samudra langsung masuk ke dalam markas, menghampiri Alea yang tengah berdiri dengan perasaan resah. Samudra bisa melihat dengan jelas, bahwa Alea dengan resah sekarang.
"Le, lo ngapain sore-sore kayak gini, disini?" tanya Samudra langsung.
"Aku lagi nyari kalung Sam, jatuh disini di markas ini kayaknya," jawab Alea dengan ekor mata yang bergerak tak tentu arah.
"Le, wajah lo kenapa memar, terus sudut bibir lo kenapa berdarah gini?" Samudra menangkup wajah Alea dengan sebelah tangan, membuat Alea jadi menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATLANTIK [SELESAI]
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Daddy, bawa atu pulang ...." "Dedi, Dedi, nama gue Atlantik!" *** Atlantik Bratadika Negara. Pemuda dengan bentuk pahatan mendekati kata sempurna. Ketua Geng motor bernama ARVENSIS yang disegani banyak orang. Di...