16. PSIKOLOG

10.1K 1.2K 62
                                    

20.15 Apartemen Atlantik.

Alea duduk dengan tubuh setengah menggigil di meja makan. Sesuai dengan ucapan Atlantik setelah insiden penyiksaan tadi, bahwa dia akan membuatkan Alea sup hangat. Benar, pemuda itu membuatkan Alea sup.

"Dimakan, jangan cuma dilihatin," kata Atlantik membuyarkan ilusi Alea.

Gadis itu termenung, kepulan uap panas dari sup di depannya, sama sekali tak menarik minat. Walaupun, sup itu terlihat menggugah selera dengan potongan ayam serta banyaknya sayuran disana.

Brak! Atlantik menggebrak meja makan membuat Alea terperanjat.

"MAKAN!!" suruh Atlantik emosi.

Dengan kikuk, Alea mengangguk tanpa mengatakan apapun. Setelah ditampar dan dicambuk yang naasnya mengenai wajah dan membuat sudut bibirnya sedikit sobek, Alea jadi sedikit kesulitan membuka mulut. Sakit rasanya.

Alea mengangkat sendok, mulai menyendok kuah sup dan menyeruputnya. Seketika matanya memicing, saat dirasa sup tersebut itu asin. Sangat.

Atlantik di depan Alea sudah tersenyum miring mendapati raut wajah Alea yang keasinan namun ditahan. Atlantik sengaja, ingin membuat Alea keasinan.

"Enak nggak?" tanya Atlantik dingin.

Alea mengangguk. Terpaksa menyendokan sup itu lagi ke dalam mulutnya. Alea tak mau menyakiti hati Atlantik, dengan menyebut sup itu keasinan. Alea menghargai segala bentuk kerja keras Atlantik dalam membuat sup untuknya.

"Diabisin ya?"

"I-ya."

Benar, Alea mulai menghabisi sup di mangkuk itu. Mengunyah dengan terpaksa, wortel yang masih mentah, ayam yang masih alot. Sup ini benar-benar tidak layak makan. Sampai ini, Alea sadar bahwa sepertinya Atlantik sengaja.

"Enak nggak, Le?" Lagi, Atlantik bertanya. Memastikan, takutnya gadis itu ingin berubah jawaban.

"Enak," jawab Alea masih teguh dengan jawaban pertama.

Tak disangka, hati Atlantik tersentil sedikit. Sudah jelas-jelas Atlantik tahu, bahwa sup itu tak enak, tapi ... Alea menyebutnya enak sambil tersenyum. Walaupun Atlantik tahu, sudut bibir gadis itu sakit, tapi ia tetap bisa menampakkan senyum pada Atlantik.

Kembali menyuap supnya dan menahan rasa asin yang begitu kuat hingga membuat kening mengernyit, Alea sedikit terbatuk. Atlantik refleks dengan sigap, bergerak memberikan segelas air pada gadis itu.

"Minum," suruh Atlantik dengan badan sedikit berdiri seraya mengulurkan tangannya ke sebrang dimana Alea duduk.

Alea mengambil gelas tersebut, dan meminumnya hingga tandas. Namun, rasa asin yang masih pekat di tenggorokannya tak luntur. Habis minum, Alea berniat kembali menyuap sup di hadapannya, namun ...

"Gak usah di makan lagi!" Suara tegas Atlantik menahan gerak tangannya.

Atlantik berdiri, memutari meja makan persegi itu dan berdiri di samping Alea. Pemuda itu membereskan masakan yang tersaji di atas meja makan sana, berjalan bergegas ke dapur membuat Alea linglung di tempatnya.

Kembali ke meja makan, Atlantik menghidangkan makanan lain. Nasi goreng dengan telur ceplok setengah matang. Kesukaan Alea.

"Eh?" Alea mendongak menatap wajah datar Atlantik.

"Eh kenapa?" sahut Atlantik terdengar santai. Menarik kursi dan duduk di samping Alea. "Le, kenapa lo bohong sih?"

Alea sedikit mengernyit bingung dengan ucapan Atlantik.

ATLANTIK [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang